Jakarta (ANTARA News) - “Neraca perdagangan Indonesia selama bulan September 2012 mengalami surplus sebesar USD 552,9 juta. Hal ini memperlihatkan neraca perdagangan Indonesia mengalami peningkatan surplus,” demikian disampaikan oleh Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi pada konferensi pers mengenai kinerja ekspor impor September 2012 di kantor Kementerian Perdagangan hari ini, Jum’at (2/11).

Surplus neraca perdagangan Indonesia didukung oleh surplus perdagangan nonmigas sebesar USD 1.224,7 juta, sementara perdagangan migas defisit sebesar USD 671,8 juta. Sejak bulan lalu, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus yang menunjukkan membaiknya kinerja perdagangan Indonesia.

Secara kumulatif, neraca perdagangan periode Januari-September 2012 masih mengalami surplus sebesar USD 1.034,2 juta yang terdiri dari surplus perdagangan nonmigas sebesar USD 3,3 miliar dan defisit perdagangan migas sebesar USD 2,3 miliar.

Wamendag menjelaskan, kenaikan ekspor nonmigas September 2012 dipicu oleh menguatnya ekspor di sektor pertanian, industri dan sektor pertambangan yang masing-masing naik 45%, 17,9% dan 5,8% (MoM).

Sementara, penurunan ekspor migas bersumber dari turunnya ekspor minyak mentah. Volume ekspor nonmigas Januari-September 2012 masih menunjukkan peningkatan 4,4% YoY, yang menunjukkan daya saing produk Indonesia di pasar dunia. Namun, nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 5,4% akibat melemahnya harga beberapa komoditas utama ekspor Indonesia di pasar internasional.

Hal ini menunjukkan pengaruh pelemahan pasar global masih sangat terasa bagi pasar ekspor Indonesia. Meskipun harga beberapa komoditas nonmigas mengalami penurunan, namun nilai satuan beberapa produk 10 komoditas utama masih mengalami peningkatan selama Januari-Agustus 2012.

Produk tersebut antara lain TPT (naik 1,2% YoY), alas kaki (8,4%), otomotif (10,2%), Udang (2,7%), dan kopi (12,2%). Secara keseluruhan, ekspor produk komoditas utama ekspor Indonesia mengalami peningkatan volume (naik 7,8% YoY) meskipun nilai dan nilai satuannya mengalami penurunan masing-masing 3,3% dan 10,3%.

Di samping itu, kebijakan bea keluar CPO dan biji kakao juga telah berdampak pada meningkatnya nilai maupun volume ekspor produk olahan dari kedua produk tersebut.

“Dampak Badai Sandy yang melanda Pantai Timur Amerika Serikat diperkirakan tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, karena ekspor Indonesia ke AS yang melalui wilayah tersebut hanya berkisar 26-27%,” kata Wamendag.

Impor selama Januari-September 2012 masih didominasi oleh impor bahan baku/penolong yang mencapai 73% dan barang modal (20%). Impor barang modal selama Januari-September 2012 mencapai USD 28,6 miliar meningkat 23,9% (YoY).

Impor bahan baku/penolong sebesar USD 103,4 miliar, naik 6,6% (YoY) lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tumbuh 37,2% (YoY). Sementara impor barang konsumsi sebesar USD 10 miliar hanya meningkat 0,6%, jauh lebih rendah dari lonjakan impor tahun lalu.

Komoditas utama pendorong peningkatan impor nonmigas selama Januari-September antara lain mesin/pesawat mekanik (naik 20,6% YoY), mesin/peralatan listrik (6,1%), besi dan baja (22,4%), kendaran dan bagiannya (31,1%), plastik & barang plastik (4,4%), dan bahan kimia organik (4,5%).

Berdasarkan data empiris selama 3 tahun terakhir (2010-2012), terindikasi adanya korelasi yang kuat antara peningkatan anvestasi dengan peningkatan impor barang modal dan bahan baku/penolong dengan time lag sekitar 6 bulan. Lonjakan impor barang modal dan bahan baku/penolong didorong oleh membaiknya realisasi aktivitas investasi dan meningkatnya output industri di tanah air.

(*)

Pewarta: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012