Taipei (ANTARA) - Otoritas Taiwan pada Rabu menyatakan bahwa pihaknya sedang mempersiapkan rencana transit yang akan dilakukan pemimpinnya Tsai Ing-wen dalam lawatannya ke luar negeri, di tengah mencuatnya laporan Tsai akan bertemu Ketua DPR AS Kevin McCarthy di Amerika Serikat.

Dua sumber kepada Reuters menyatakan bahwa McCarthy akan bertemu Tsai di Amerika Serikat, sehingga dapat menjadi alternatif daripada McCarthy yang mengunjungi Taiwan, yang akan menjadi isu sensitif mengingat China mengakui daerah tersebut sebagai wilayahnya.

Pada Selasa (7/3), McCarthy mengkonfirmasi bahwa ia akan bertemu Tsai di Amerika Serikat, namun ia menekankan pertemuan tersebut bukan berarti akan ada lawatan balasan ke Taiwan nantinya, menurut laporan Bloomberg.

Tsai dan pemimpin Taiwan sebelumnya telah beberapa kali singgah di Amerika Serikat selama satu hingga dua hari dalam kunjungan luar negeri mereka, walaupun pemerintah AS cenderung menghindari pertemuan dengan pejabat senior Taiwan di Washington DC.

Kantor presiden Taiwan, pada penjelasan singkatnya terkait kunjungan luar negeri Tsai, menjelaskan bahwa transit pemimpin Taiwan dalam lawatannya adalah lumrah dan telah berlangsung bertahun-tahun. Penjelasan tersebut tidak secara gamblang menyebut Amerika Serikat.

"Saat ini, beberapa departemen telah berkomunikasi dan mempersiapkan rencana terkait, dan perencanaan terkait akan dijelaskan pada waktunya setelah rencana tersebut rampung," sebagaimana penjelasan tersebut.

Masalah Taiwan adalah salah satu sumber gesekan antara AS dan China. Selasa (7/3) lalu, Menteri Luar Negeri China menegaskan bahwa masalah Taiwan adalah "garis merah" pertama yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan antara kedua negara.

Agustus lalu, China menyelenggarakan latihan perang di sekitar Taiwan sebagai balasan atas kunjungan Ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi, ke Taipei.

Walaupun AS tidak menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, AS memiliki undang-undang yang mewajibkannya membantu Taiwan dalam membela diri.

China menegaskan bahwa opsi operasi militer atas Taiwan tidak akan dikesampingkan begitu saja meski menawarkan reunifikasi damai dengan Taiwan. Sementara itu, otoritas Taiwan menyatakan bahwa hanya 23 juta warga Taiwan yang berhak menentukan masa depannya sendiri.


Sumber: Reuters

Baca juga: AS setujui potensi penjualan senjata senilai Rp9,48 triliun ke Taiwan
Baca juga: Perusahaan AS di Taiwan antisipasi ketegangan dengan China
Baca juga: China desak pejabat AS bijaksana sikapi isu terkait Taiwan

Penerjemah: Nabil Ihsan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023