Jakarta (ANTARA) - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mendukung pengembangan teknologi dan sumber daya manusia (SDM) pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS).

Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika mengatakan teknologi PKS sudah 100 tahun tidak berubah dan terima apa adanya dengan titik berat hanya memproduksi lemak.

"Sekarang kondisi sudah berubah, (pengolahan kelapa sawit) bukan hanya untuk pangan tetapi untuk bahan bakar masa depan, baik untuk green biodiesel, green avtur, green gasoline yang bisa langsung digunakan menggantikan bahan bakar fosil," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Generasi mendatang, lanjutnya, akan memimpin dunia dengan biofuel, biopolimer , bahan kimia dari biomassa yang semuanya berasal dari sawit, oleh karena itu Kementerian Perindustrian sangat mendukung pengembangan teknologi pengolahan sawit.

Salah satunya, menurut Putu, lewat revisi PP nomor 1 tentang Devisa Hasil Ekspor. Devisa ini harus diupayakan ada di Indonesia dalam jangka waktu tertentu sehingga bisa digunakan untuk pengembangan teknologi sampai komersialisasi.

Upaya lain yang dilakukan Kemenperin adalah dengan mengeluarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk CPO dan minyak goreng sawit..

Dikatakannya, industri yang berkembang perlu SDM unggul. Kemenperin juga sudah mengeluar Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) mulai dari operator sampai manajer untuk industri minyak mentah sawit, minyak goreng sawit, oleokimia dan biodiesel.

Lembaga pendidikan dibawah Kemenpern sudah mendapat akreditasi untuk jadi lembaga sertifikasi profesi SKKNI tersebut. Dengan kebutuhan tiap tahun 1.000 orang tenaga kerja di pengolahan sawit, Kemenperin juga minta beasiswa BPDPKS untuk mahasiswa di lembaga pendidikan Kemenperin.

Sebelumnya saat "T-POM (Tecnology & Talent Palm Oil) Conference and Exhbition” yang diselenggarakan Perkumpulan Praktisis Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI) Jenny Elisabeth dari Komite Litbang BPDPKS menekankan pentingnya PKS menghasilkan CPO yang memenuhi standar mutu untuk menjaga daya kompetitif industri olahan.

"Tuntutan pasar akan mutu produk olahan yang semakin meningkat harus diantisipasi PKS dengan menghasilkan CPO bermutu tinggi. Mulai dari kebun, PKS dan transportasi CPO harus dijaga," katanya.

Ketua P3PI bidang PKS, Posma Sinurat menyatakan kegiatan T-POM akan diadakan rutin setiap tahun dan menjadi tempat bagi pelaku PKS untuk selalu memperbarui dengan teknologi terbaru, kemampuan SDM semakin meningkat sehingga industri kelapa sawit tetap kompetitif.

,Mantan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Gamal Nasir menyatakan ke depan tuntutan yang dihadapi PKS semakin berat , terutama terkait lingkungan. Teknologi juga semakin berkembang .

"T-POM menjadi ajang bagi praktisi PKS untuk mencari tahu teknologi dan trend PKS," ujar Gamal yang juga .Pemimpin Umum Media Perkebunan

Baca juga: UI-Jepang bantu proses transfer teknologi ke perusahaan sawit nasional
Baca juga: Teten: Teknologi PPKS mudahkan pengolahan minyak makan merah

Baca juga: Pemprov Sumsel mendorong Apkasindo bangun pabrik kelapa sawit
 

Pewarta: Subagyo
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023