Kupang (ANTARA) - Sejumlah masyarakat di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur mengantre untuk mendapatkan sembako yang dijual dengan harga murah dalam program Pasar Murah yang digelar oleh Perum Bulog NTT dengan tim pengendalian inflasi daerah (TPID) Kota Kupang.

"Saya sudah berada di lokasi ini sejak pukul 07.00 pagi tadi, dan kendaraan yang bawa sembako baru datang jam 09.00 pagi, jadi lumayan lama menunggu," kata Fitri seorang ibu rumah tangga yang ditemui di lokasi pasar murah di Alun-Alun Kota Kupang, saat sedang mengantre, Senin.

Dia mengatakan bahwa dirinya sudah mulai kehabisan stok beras di rumah, sehingga saat ada pengumuman bahwa ada pasar murah dirinya langsung datang ke lokasi tersebut.

Kini kata dia, harga beras di sejumlah pasaran di Kota Kupang berkisar dari Rp12.500 per kilogram hingga Rp15 ribu per kilogram. Saat pasar murah ini ujar dia harga beras yang dijual hanya mencapai Rp9.000 per kilogram.

"Tentunya saya ambil yang murah, karena kualitasnya juga bagus," ujar dia.

Selain beras, harga cabai rawit juga di pasaran sekilo mencapai Rp16o ribu, sementara di pasar murah hanya mencapai Rp65 ribu per kilogram.

Dia mengaku mengantre cukup lama dan mendapatkan nomor urut 38 untuk dapat membeli kebutuhan pokok dengan harga yang murah.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Mario. Dia mengatakan bahwa harga kebutuhan pokok yang dijual dalam pasar murah memang sangatlah murah.

Mario mengatakan bahwa setiap orang hanya boleh membeli satu karung beras dengan beras lima kilogram. Demikian juga yang lainnya, seperti minyak goreng MinyakKita, telur ayam, bawang merah dan bawang putih dan beberapa kebutuhan pokok lainnya.

"Cara yang diterapkan ini bagus biar supaya warga lain bisa mendapatkan beras," tambah dia.

Dia juga mengapresiasi Bulog NTT dan Pemkot Kupang yang akhirnya mengelar pasar murah. Dan hal itu ujar dia sangat bermanfaat.

Pantauan ANTARA antrean warga untuk membeli kebutuhan pokok dalam program pasar murah itu hampir mencapai satu kilometer.

Cuaca panas tak membuat mereka untuk beranjak dari lokasi antrean. Bahkan ada yang membawa payung untuk berteduh dibalik sinar matahari yang menyengat.

Setiap pembeli yang membeli kebutuhan pokok, diwajibkan untuk mendaftar, lalu diwajibkan untuk membuat tanda di jari dengan tinta sebagai tanda sudah mendapatkan nomor urut.

Usai mendapatkan nomor urut warga kemudian mengambil kebutuhan pokok sesuai dengan yang dibeli, seperti beras, telur atau kebutuhan pokok lainnya.

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023