Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan keberhasilan ibu menyusui ASI eksklusif selama enam bulan dipengaruhi oleh kecukupan konsumsi cairan ibu selama masa hamil dan menyusui.

“Perhatikan asupan gizi dan kecukupan cairan di setiap masa hamil dan menyusui (bayi),” kata Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia (UKI) ​​​​​​​Lucy Widasari dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Mantan Satgas Stunting BKKBN itu menuturkan seorang ibu juga perlu melakukan manajemen laktasi. Misalnya, melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah satu jam pertama anak dilahirkan.

Baca juga: Calon ibu perlu memahami teknik menyusui yang tepat

Baca juga: Konselor laktasi: menyusui bisa cegah kanker payudara


Selama memberikan ASI eksklusif, ibu akan sangat memerlukan banyak asupan gizi dan mineral, sehingga bisa menghasilkan ASI sekaligus kolostrum yang baik bagi anak. Selama menjaga kebutuhan cairan terpenuhi, diharapkan ibu juga bisa menyeimbangkan kebutuhan bayi menyusu.

“Berikan kolostrum ya jangan dibuang, menyusui itu on demand sesuai dengan keinginan bayinya. Perhatikan juga dukungan sistemnya,” ujarnya.

Selain menjaga kebutuhan cairan tercukupi, setiap ibu juga harus melakukan pembersihan payudara dan puting sebelum melahirkan, atau sejak memulai masa kehamilan tujuh sampai delapan bulan.

Kemudian untuk memenuhi nutrisi bayi, Lucy mengimbau setiap keluarga untuk tidak membeli botol dan empeng terlebih dahulu agar sensor bayi untuk menyusu menjadi lebih baik. Sekaligus membangun koneksi emosional dengan ibu ketika sedang menyusu.

“Jangan disiapkan, jangan dibeli (botolnya) dulu, tidak ya, tidak perlu,” ucap Lucy.

Selama masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), keluarga juga diimbau untuk fokus memberikan ASI eksklusif dibanding memberikan susu formula. Sebab, ASI terbukti secara ilmiah dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi usia 0-24 bulan agar bisa tumbuh dan berkembang maksimal.

“Jadi, pemasaran formula yang memiliki klaim meningkatkan kecerdasan anak tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, tapi ASI sudah terbukti,” katanya.

Baca juga: Kiat aman berpuasa Ramadhan untuk para ibu menyusui

Baca juga: AIMI: Ukuran payudara tak pengaruhi banyaknya jumlah produksi ASI


Anggota Pokja 2 BKKBN, Azizah Laily menambahkan orang tua bisa mengikuti kelas Bina Keluarga Balita (BKB) untuk meningkatkan mutu edukasi terkait pengasuhan balita hingga menggunakan BKB Kit yang dapat membantu merangsang motorik halus anak.

Sementara itu, Komisi IX DPR-RI Kurniasih Mufidayati mengaku akan memberikan dukungan besar terhadap program penurunan stunting dari program-program bahan bakar bencana, program stunting, program BKB, dan program-program lainnya yang semuanya terkait dengan penurunan angka stunting.

“Bahkan, dalam pembahasan anggaran pun kami selalu memprioritaskan agar mendukung anggaran yang signifikan dan baik gitu, yang memenuhi angka dari kebutuhan APBN untuk BKKBN dalam rangka stop dan penurunan angka stunting,” katanya.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023