Singapura (ANTARA) - Mata uang aman atau safe-haven dolar AS dan yen Jepang mendapat dukungan di sesi Asia pada Kamis sore, karena kekhawatiran baru akan krisis perbankan global, setelah penularan dari kolaps-nya Silicon Valley Bank (SVB) yang berbasis di AS menyebar melintasi Atlantik ke bank Swiss, Credit Suisse.

Credit Suisse mengatakan pada Kamis akan meminjam hingga 54 miliar dolar AS dari bank sentral Swiss (SNB) untuk menopang likuiditas dan kepercayaan investor, setelah sahamnya pada Rabu (15/3/2023) anjlok 30 persen, yang mendorong bank sentral Swiss untuk memberikan bantuan keuangan ke pemberi pinjaman yang kesulitan.

Sementara berita tersebut membantu membendung beberapa aksi jual besar-besaran di perdagangan Asia, sentimen pasar tetap rapuh karena meningkatnya kekhawatiran bahwa tekanan baru-baru ini yang terjadi di seluruh bank di AS dan Eropa dapat menjadi pertanda krisis sistemik yang meluas.

Itu mengirim para pedagang berbondong-bondong ke greenback dan yen, yang dianggap sebagai taruhan yang lebih aman di saat terjadi gejolak, sehingga menjaga kedua mata uang tersebut tetap kuat pada Kamis.

Yen menguat lebih dari 0,5 persen untuk memperpanjang kenaikan 0,6 persen sehari sebelumnya, dan terakhir berdiri di 132,80 per dolar.

Terhadap franc Swiss, dolar memangkas beberapa lonjakan sesi sebelumnya sebesar 2,15 persen - kenaikan harian terbesar sejak 2015 - tetapi membuat franc Swiss tetap berada di dekat level terendah satu minggu.

"Sekarang, Credit Suisse memiliki kekuatan dari bank sentral Swiss yang melindunginya, yang merupakan bank sentral yang tidak main-main di saat krisis," kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index.

"Jadi pada akhirnya, saya pikir ini adalah hal yang baik untuk sentimen pasar. Saya hanya tidak yakin apakah atau kapan investor akan menarik kesimpulan yang sama dengan semua emosi yang ada," katanya.

Credit Suisse, yang berjuang untuk pulih dari serangkaian skandal yang merusak kepercayaan investor dan nasabah, adalah korban terbaru yang terjebak dalam krisis kepercayaan setelah runtuhnya SVB minggu lalu.

Penutupan SVB pada Jumat (10/3/2023), diikuti dua hari kemudian oleh runtuhnya Signature Bank, memaksa Presiden AS Joe Biden untuk buru-buru memberikan jaminan bahwa sistem keuangan aman dan mendorong tindakan darurat AS yang memberi bank akses ke lebih banyak pendanaan.

"Mengingat meningkatnya ketidakpastian dan kekhawatiran tentang penularan keuangan yang lebih luas, dolar serta yen, akan menjadi penerima manfaat utama karena permintaan safe-haven," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia (CBA).

Di tempat lain, euro mengalami penurunan yang dalam pada Kamis, terakhir naik 0,27 persen menjadi 1,0607 dolar, setelah jatuh 1,4 persen di sesi sebelumnya. Demikian juga, sterling naik 0,14 persen menjadi 1,20725 dolar, setelah jatuh hampir 0,9 persen pada Rabu (15/3/2023).

Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS berakhir 0,16 persen lebih rendah pada 104,48, memangkas sebagian dari kenaikan sekitar 1,0 persen di sesi sebelumnya.

Investor tetap gelisah karena mereka menunggu kejelasan lebih lanjut tentang seberapa luas dampaknya, dengan langkah-langkah penyelamatan dari pihak berwenang sejauh ini tidak banyak membantu meredakan ketakutan yang meningkat.

Fokusnya juga beralih ke bagaimana bank-bank sentral akan menavigasi jalan mereka pada kenaikan suku bunga di masa depan, dengan pembuat kebijakan terikat pada seberapa jauh mereka harus menaikkan suku bunga untuk membendung inflasi tanpa memicu goncangan sektor keuangan.

Bank Sentral Eropa (ECB) bertemu pada Kamis dan akan mengumumkan keputusan suku bunga setelah pertemuan tersebut.

Menjelang itu, para pedagang dengan cepat bergerak untuk mengurangi taruhan mereka pada kenaikan suku bunga 50 basis poin, karena kejatuhan saham Credit Suisse memicu kekhawatiran tentang kesehatan bank-bank Eropa.

Dua sumber pengawasan mengatakan kepada Reuters bahwa ECB telah menghubungi bank-bank dalam pengawasannya untuk menanyai mereka tentang paparan mereka terhadap Credit Suisse.

"Tentu saja ada risiko bahwa ECB tidak akan menindaklanjuti pra-komitmen kenaikan 50 basis poin karena masalah stabilitas keuangan," kata Kong dari CBA.

"Ini pasti akan menjadi panggilan yang sulit bagi bank sentral besar mana pun untuk bertahan dengan jalur pengetatannya," katanya.

Di tempat lain, dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko berjuang untuk membuat kemajuan setelah masing-masing turun mendekati 1,0 persen pada Rabu (15/3/2023).

Aussie berakhir naik 0,23 persen pada 0,6637 dolar AS, sementara kiwi turun 0,42 persen menjadi 0,6162 dolar AS, lebih lanjut ditekan oleh data ekonomi lemah yang dirilis pada Kamis yang menunjukkan ekonomi Selandia Baru menyusut pada kuartal keempat.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023