Jakarta (ANTARA) - Platform layanan streaming konten digital Netflix beri perhatian pada perempuan, khususnya para pelaku industri film melalui acara “Reflections of Me” yang diadakan di Jakarta pada Kamis.

Kegiatan ini juga dalam rangka merayakan Hari Perempuan Internasional yang jatuh di bulan Maret, dihadiri oleh lebih dari 200 peserta yang terdiri dari influencer, awak media, komunitas film dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

“Acara 'Reflections of Me' diadakan untuk memberi penghargaan kepada para perempuan penuh inspirasi baik di depan dan belakang layar, menghubungkan orang-orang dari beragam latar belakang dan budaya, serta merayakan keragaman kisah dari, untuk, dan tentang perempuan dalam Hari Perempuan Internasional,” kata Vice President, Public Relations - Asia Pacific Netflix, Amy Kunrojpanya.

Baca juga: Alasan sutradara perempuan banyak dibutuhkan

Pada acara ini, turut hadir para pembicara ternama seperti Kritikus Film dari India, Anupama Chopra, Penulis asal Vietnam-Irlandia, Eirene Tran Donohue, Sutradara lokal Kamila Andini, Aktris sekaligus Sutradara dan Produser asal Thailand, Manatsanun ‘Donut’ Phanlerdwongsakul, serta Sutradara Marla Archeta, dari Filipina.

Para panelis berbagi mengenai pengalaman mereka sebagai perempuan dalam industri kreatif hingga pengaruh positif dalam melibatkan lebih banyak perempuan di depan dan balik layar.

“Saya rasa sekarang industri film sudah mulai terbuka dalam eksplorasi karakter perempuan Asia,“ ujar Manatsanun.

Aktris yang membintangi serial “The Cave Rescue” itu menambahkan, hal ini menjadi pertanda baik, mengingat karakter perempuan Asia dalam film kerap digambarkan pada posisi derajat yang lebih rendah. Sementara pada film barat, karakter orang Asia sangat berdasar pada stereotip.

“Dahulu, karakter wanita Asia pada film barat kebanyakan kita temukan sosok seorang ibu konservatif, atau, seorang anak perempuan yang memberontak dari keluarganya,” tambahnya.

Sementara Anupama Chopra, membahas mengenai penggambaran sosok perempuan pada film di negaranya, yang dianggap kurang adil.

Menurutnya, perempuan kerap ditampilkan berdasarkan tuntutan-tuntutan yang ada di masyarakat.

“Di Bollywood, perempuan digambarkan seperti seorang dewi, padahal wanita tidak harus seperti itu, seakan wanita yang tidak memiliki sifat itu, dianggap tidak sempurna,” ujar Chopra.

Senada dengan Manatsanun, Chopra mengaku senang melihat industri perfilman yang perlahan mulai mendengar dan menyuarakan isu-isu ketimpangan pada perempuan.

Pihak Netflix juga mengamini harapan para perempuan pelaku perfilman dengan lebih terbuka dan fleksibel dalam merepresentasikan perempuan dan karakter lainnya pada konten-konten di platform itu.

“Di Netflix, kami yakin bahwa kisah-kisah menakjubkan bisa berasal dari mana saja dan dampak terbaik dari kisah-kisah tersebut adalah terciptanya rasa empati serta pemahaman. Sudah selayaknya ada lebih banyak representasi yang tercermin di layar, dan kami ingin memberi pengalaman luar biasa saat publik melihat cerminan mereka dalam tayangan Netflix,” imbuh Amy Kunrojpanya.

Baca juga: Jane Campion perempuan ketiga jadi sutradara terbaik Oscar 2022

Baca juga: Sutradara: Film "Atas Nama Surga" adalah perasaan jujur perempuan

Baca juga: Film dan keluarga tak terpisahkan bagi Kamila Andini


Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023