Singapura (ANTARA) - Dolar tergelincir di awal sesi Asia pada Jumat pagi, karena sentimen risiko membaik setelah otoritas dan bank-bank bergerak untuk meredakan tekanan pada sistem keuangan di pasar utama, menghilangkan panas dari mata uang utama lainnya yang jatuh di awal pekan setelah gejolak perbankan.

Bank-bank besar AS pada Kamis (16/3/2023) menyuntikkan dana 30 miliar dolar AS ke First Republic Bank untuk menyelamatkan pemberi pinjaman yang terjebak dalam krisis yang meluas, yang dipicu oleh runtuhnya dua bank menengah AS lainnya selama pekan lalu.

Penyebaran ketenangan hati-hati di seluruh pasar pada Jumat, memberikan ruang untuk kenaikan mata uang yang sensitif terhadap risiko seperti dolar Australia dan Selandia Baru, yang merupakan salah satu yang memperoleh keuntungan terbesar di perdagangan Asia.

Aussie menguat 0,4 persen menjadi 0,6684 dolar AS, sedangkan kiwi terangkat 0,3 persen menjadi 0,62145 dolar AS.

Paket penyelamatan 30 miliar dolar AS yang dikumpulkan oleh pialang-pialang berkuasa dari Departemen Keuangan AS, Federal Reserve, dan bank-bank besar, mengikuti pengumuman Credit Suisse sebelumnya pada Kamis (16/3/2023) bahwa mereka akan meminjam hingga 54 miliar dolar AS dari bank sentral Swiss (SNB).

Credit Suisse juga telah terlibat dalam penularan yang meluas setelah keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) yang berbasis di AS.

Tetapi, sekalipun ketika penurunan 30 persen di saham pemberi pinjaman Swiss memicu kekhawatiran tentang kesehatan bank-bank Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) tetap melanjutkan kenaikan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan kebijakannya Kamis (16/3/2023).

Pembuat kebijakan ECB berusaha meyakinkan investor bahwa bank-bank zona euro tangguh dan jika ada, pergerakan ke suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan margin mereka.

Reaksi euro terhadap keputusan tersebut cukup diredam, meskipun berhasil menambah kenaikan 0,3 persen pada Kamis (16/3/2023). Euro terakhir diperdagangkan 0,14 persen lebih tinggi pada 1,0625 dolar.

"Sektor perbankan zona euro tetap dalam kondisi yang cukup solid," kata ekonom internasional Wells Fargo, Nick Bennenbroek.

"Jika ketegangan pasar mereda dan volatilitas surut dalam beberapa minggu dan bulan ke depan, inflasi yang persisten dalam pandangan kami seharusnya cukup untuk menimbulkan pengetatan lebih lanjut (ECB)."

Di tempat lain, sterling naik 0,15 persen menjadi 1,2128 dolar, sedangkan franc Swiss naik 0,1 persen. Di awal minggu, franc Swiss telah jatuh paling dalam terhadap dolar dalam sehari sejak 2015.

Yen Jepang tetap tinggi, dan bertahan sekitar 0,3 persen lebih tinggi pada 133,30 per dolar.

Sentimen pasar yang rapuh membuat para pedagang berbondong-bondong ke yen - biasanya dianggap sebagai taruhan yang lebih aman di saat terjadi gejolak - karena meningkatnya kekhawatiran bahwa tekanan baru-baru ini yang terjadi di seluruh bank di AS dan Eropa bisa jadi hanyalah tahap awal dari krisis sistemik yang meluas.

"Perputaran pasar dalam sepekan terakhir tidak berakar pada krisis perbankan, dalam pandangan kami, melainkan bukti keretakan keuangan akibat kampanye kenaikan suku bunga tercepat sejak awal 1980-an," kata analis di BlackRock Investment Institute.

"Pasar telah terbangun dari kerusakan yang disebabkan oleh pendekatan itu - resesi diramalkan - dan mulai memperkirakannya."

Pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve minggu depan sekarang bergerak ke tengah panggung. Beberapa investor berharap Fed dapat memperlambat kampanye kenaikan suku bunga yang agresif dalam upaya untuk mengurangi tekanan pada sektor keuangan.

"Gejolak di sektor perbankan memperumit prospek kebijakan Fed, tetapi dampaknya mungkin lebih bernuansa daripada pembalikan arah Fed," kata Philip Marey, ahli strategi senior AS di Rabobank.

Indeks dolar AS tergelincir 0,12 persen menjadi diperdagangkan pada 104,27.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023