Tanjungpinang (ANTARA) -
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, mendeteksi satu titik panas di kawasan Tanjunguban, Kecamatan Bintan Utara, Kabupaten Bintan.

Prakirawan BMKG Tanjungpinang Hayu Nur Mahron di Tanjungpinang, Sabtu, mengatakan titik panas di Tanjunguban Bintan tertangkap citra satelit. Titik panas itu terjadi sejak sehari yang lalu, yang potensial masih terjadi sampai sekarang.

Warga dapat mengakses informasi terkait titik panas tersebut melalui situs https://stamet-tanjungpinang.bmkg.go.id/informasi-hotspot-asap/. Deteksi titik panas menggunakan sensor Viirs dan Mofis pada Satelit Polar (NOAA20, S-NPP, Terra dan Aqua) memberikan gambaran lokasi wilayah yang mengalami kebakaran hutan.

Baca juga: Daerah-daerah di Riau siaga hadapi kebakaran hutan dan lahan

Satelit akan mendeteksi anomali suhu panas dibandingkan dengan sekitarnya. Observasi ini dilakukan pada siang dan malam hari untuk masing-masing satelit

"Citra satelit menangkap adanya anomali suhu panas di kawasan Tanjunguban yang lebih tinggi dibandingkan sekitarnya. Oleh karena itu, di titik koordinat tersebut diklasifikasikan sebagai titik panas dengan variasi tingkat kepercayaan sedang," katanya.

Hayu menjelaskan titik panas berbeda dengan titik api. Titik panas hasil tangkapan satelit berhubungan dengan suhu panas yang jauh lebih panas dibanding kawasan lainnya.

Baca juga: BPBD sebut lahan terbakar di Riau capai 16 hektare hingga awal Maret

"Titik panas belum tentu terjadi kebakaran di kawasan tersebut, namun kalau titik api pasti terjadi kebakaran. Untuk mengetahui apakah titik panas itu disebabkan api bisa diperiksa langsung ke lokasi sesuai dengan koordinat di situs tersebut," katanya.

Hayu mengimbau masyarakat untuk mewaspadai munculnya titik panas akibat suhu udara yang panas dan tutupan awan yang rendah sehingga dapat menyebabkan kebakaran hutan ataupun lahan. Pada daerah yang tertutup awan, titik panas di wilayah tersebut tidak dapat terdeteksi.

Baca juga: 134 kecamatan se-Riau dipetakan rawan kebakaran hutan dan lahan

"Jangan membuka lahan dengan cara membakar pohon atau semak-semak, karena potensial menyebabkan kebakaran," ujarnya.

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023