Labuan Bajo (ANTARA) - Wakil Bupati Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Yulianus Weng menyatakan penurunan angka prevalensi stunting di daerah itu telah melewati target nasional, yakni sebesar sembilan persen, turun lebih rendah dari target nasional sebesar 14 persen dan target provinsi sebesar 17 persen.

"Angka stunting di Manggarai Barat sudah sembilan persen, ini turun dari 15,9 persen pada Agustus 2022 lalu dan kita harus bekerja keras untuk menurunkannya lagi," kata Weng di Labuan Bajo, Kamis.

Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat telah melakukan berbagai upaya penurunan prevalensi stunting di daerah pariwisata super prioritas itu.

Weng mengatakan pemerintah memiliki data by name by address semua anak/balita stunting di setiap desa, dusun, dan kampung. Lalu, setiap puskesmas memiliki satu desa binaan, dengan satu pegawai memegang data anak stunting. Dari data-data itu, maka petugas kesehatan bisa melakukan pemantauan rutin terhadap perkembangan kesehatan anak.

Baca juga: Pemkab Manggarai Barat gencarkan program P2L untuk cegah stunting

Baca juga: BKKBN NTT atasi stunting melalui upaya preventif keluarga


Menurut Weng, penanganan stunting tidak bisa dilakukan hanya oleh dinas kesehatan saja. Oleh karena itu, bupati telah mengeluarkan instruksi agar dana desa yang dimiliki harus dimanfaatkan lebih kurang Rp50 juta untuk penanganan stunting.

Selain itu, perencanaan dan pencairan dana desa untuk stunting harus berdasarkan rekomendasi kepala puskesmas setempat.

Selanjutnya angka kematian bayi dan ibu menjadi indikator penilaian terhadap kinerja para camat dalam wilayah Manggarai Barat. Sehingga para camat pun terlibat dalam berbagai kegiatan dan aktivitas posyandu yang melibatkan ibu dan anak.

Kolaborasi penanganan stunting tidak hanya berhenti di situ. Kata Weng, aparat pemerintah baik dari kabupaten hingga tingkat RT, RW, bahkan PKK juga memiliki tanggung jawab dalam penanganan kasus stunting di desa masing-masing.

"Berbagai upaya itu yang mendongkrak penurunan stunting kita dari 15,9 persen ke sembilan persen," ungkapnya.

Weng pun berharap kolaborasi dan kerja sama semua pihak tetap berjalan sehingga angka prevalensi stunting itu bisa tetap dipertahankan atau semakin turun hingga menjadi nol kasus.

"Untuk menurunkan prevalensi stunting, diperlukan upaya percepatan lintas program dan lintas sektor," ujar Weng.*

Baca juga: Dharma Pertiwi perkuat edukasi penurunan stunting di Labuan Bajo

Baca juga: Kader posyandu harus pahami kaitan stunting-kesehatan gigi

Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023