Tokyo (ANTARA) - Dolar AS melemah untuk hari kedua berturut-turut terhadap mata uang utama lainnya di sesi Asia pada perdagangan Selasa pagi, karena meredanya kekhawatiran akan krisis perbankan melemahkan permintaan untuk aset-aset yang dinilai teraman.

Namun, yen yang secara tradisional juga merupakan safe haven, rebound kuat dari penurunan semalam, dengan para analis menunjuk kemungkinan repatriasi keuntungan luar negeri oleh perusahaan-perusahaan Jepang hingga akhir tahun fiskal negara pada Jumat (31/3/2023).

Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko juga melonjak, sementara euro dan sterling terdorong lebih tinggi.

Indeks dolar AS - yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang lainnya, termasuk yen - turun 0,14 persen menjadi 102,6 di perdagangan Asia, memperpanjang penurunan 0,35 persen pada Senin (27/3/2023).

Greenback turun sebanyak 0,86 persen menjadi 130,62 yen pada satu titik, dan terakhir turun 0,55 persen, membatalkan sebagian besar lompatan 0,64 persen sesi sebelumnya, ketika mengikuti lonjakan 15 basis poin dalam imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang, yang terbesar dalam enam bulan. Imbal hasil 10-tahun sedikit berubah dalam perdagangan Tokyo pada Selasa di sekitar 3,52 persen.

"Waktu setahun ini - akhir fiskal Jepang - saya pikir ada beberapa aliran repatriasi dari Jepang," kata Bart Wakabayashi, manajer cabang di State Street di Tokyo.

"Jika itu saja, itu hanya sekali, dan kemudian kita akan kembali ke dasar, yang pada dasarnya mengikuti imbal hasil."

Sementara pasar mengambil sedikit hiburan dari persetujuan First Citizens BancShares untuk membeli semua simpanan dan pinjaman Silicon Valley Bank, Wakabayashi mengatakan tidak ada yang berpuas diri.

"Ada awan besar - saya tidak akan mengatakan awan gelap, tapi pasti awan - dan saya pikir orang setidaknya memposisikan apa yang perlu mereka lakukan jika hal ini bergerak ke arah yang salah," katanya.

"Untuk saat ini, dolar adalah raja - dolar membayar suku bunga, dolar aman. Bahkan jika dijual, itu tidak akan sangat banyak, dan akan bangkit kembali."

Indeks dolar mencapai level tertinggi tiga bulan di 105,88 pada 8 Maret, sebelum meluncur ke level terendah 101,91 minggu lalu karena sentimen risiko naik dan turun dengan berita utama perbankan.

Euro 0,13 persen lebih kuat pada 1,08135 dolar pada Selasa, sementara sterling menambahkan 0,24 persen menjadi 1,2316 dolar.

Aussie menguat 0,41 persen menjadi 0,66785 dolar AS. Dolar Selandia Baru naik 0,37 persen menjadi 0,6219 dolar AS.

Bitcoin sedikit melemah menjadi sekitar 27.029 dolar AS, tetap berada di belakang setelah penurunan 3,0 persen pada Senin (27/3/2023), ketika bursa kripto Binance untuk sementara menangguhkan beberapa operasi karena gangguan teknis.

Baca juga: Wall Street ditutup beragam, kesepakatan SVB angkat saham bank
Baca juga: Minyak beragam di awal sesi Asia, kekhawatiran pasokan jadi fokus
Baca juga: Emas tergelincir 30 dolar karena selera risiko meningkat

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023