Inovasi pemanfaatan serat TKKS menjadi bahan baku material helm ini telah dipatenkan dengan nomor P00201609159.Jakarta (ANTARA) - Dosen IPB University Siti Nikmatin bermitra dengan PT Intertisi Material Maju (PT IMM), mitra binaan Surveyor Indonesia memproduksi helm proyek berbahan tandan kosong kelapa sawit (TKKS).
"Inovasi pemanfaatan serat TKKS menjadi bahan baku material helm ini telah dipatenkan dengan nomor P00201609159," kata Siti dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.
Helm tersebut telah lulus uji SNI dan memiliki nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 71,21 persen. Secara komersil merek dagang yang digunakan adalah Green Composite Helmet.
Baca juga: IPB perkaya buah-buahan nusantara melalui bioteknologi
Siti menuturkan TKKS selama ini banyak dimanfaatkan menjadi pupuk. Namun, masih belum banyak bentuk diversifikasinya. Oleh karenanya, ia melakukan inovasi dengan membuat helm berbahan baku tambahan dari serat TKKS. "Serat TKKS ini memiliki sifat mekanis yang bagus dan dapat digunakan sebagai filler untuk meningkatkan kualitas fisik-mekanik helm proyek," tuturnya.
Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Berdasarkan data United States Department of Agriculture (USDA), produksi minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia bisa mencapai 45,5 juta metrik ton (MT) pada periode 2022/2023.
Besarnya produksi CPO yang dihasilkan akan sejalan dengan melimpahnya TKKS, di mana tiap pengolahan satu ton tandan buah segar (TBS) menghasilkan 22–23 persen atau sekitar 220–230 kg TKKS.
Apabila industri sawit memiliki kapasitas pengolahan TBS 100 ton/jam dan waktu operasi selama satu jam, maka akan dihasilkan sekitar 23 ton TKKS. Ketersediaan TKKS yang melimpah tersebut memerlukan solusi untuk mengatasinya.
Baca juga: IPB raih 11 penghargaan di Ajang PR Indonesia Award 2023
CEO PT IMM Andika Kristinawati mengatakan proses sertifikasi TKDN difasilitasi oleh PT Surveyor Indonesia. Surveyor Indonesia juga membantu dalam proses pendanaan untuk pembelian mesin pencacah sawit, registrasi di market place Padi UMKM, pelatihan branding, dan mengikutsertakan pihaknya dalam pameran.
Untuk bahan baku, PT IMM menggandeng PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII di Jasinga, Kabupaten Bogor, untuk menyuplai TKKS.
"Pengolahan TKKS pun dikerjasamakan dengan kelompok-kelompok tani di Jasinga,” ujar Andika.
Pada awal kerja sama, para kelompok tani diberikan pelatihan terkait pengolahan TKKS. Selanjutnya, mereka bisa mengolah TKKS menjadi serat untuk menjadi bahan dasar helm.
Sebelum menjadi helm proyek, TKKS harus menjalani berbagai proses. Awalnya, TKKS berbonggol besar diberai menjadi serat-serat panjang oleh para kelompok tani. Biasanya pemberaian TKKS membutuhkan sekitar satu hingga dua pekan.
Setelah itu, hasil serat dicampur dengan plastik polimer dan diekstraksi menjadi granule-granule kecil. Selanjutnya, granule diinjeksi menjadi cangkang helm.
Cangkang itu kemudian melalui proses pengecatan dan baru dipasang berbagai elemen penguat untuk selanjutnya bisa dilepas ke pasaran.
"Helm ini bio composite, bukan sekadar polimer. Berpenguat serat alam, dan kami berkontribusi dalam pengurangan limbah TKKS. Hasil ujinya juga lebih bisa meredam benturan," ujarnya.
Sejak 2017 hingga saat ini, helm Green Composite sudah diperjualbelikan ke hampir seluruh Indonesia, baik melalui pesanan satuan maupun pre-order (PO). Pada masa pandemi COVID-19, helm yang dijual di kisaran Rp70 ribu sampai Rp350 ribu tersebut sempat dipesan sebanyak 5.000 unit untuk komunitas pesepeda.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023