Jakarta (ANTARA) - Data terbaru dari laporan riset, Gateway to the Open Internet, yang diluncurkan oleh pemimpin teknologi periklanan global The Trade Desk (Nasdaq: TTD) dan Kantar, memperkirakan lebih dari 190 juta masyarakat Indonesia beralih ke open internet atau internet terbuka untuk mencari hiburan, berita, dan informasi umum.

Open internet terdiri dari saluran-saluran seperti Over the Top (OTT) dan Connected TV (CTV), streaming musik, berita dan situs web, serta game daring.

Riset ini mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia yang melek digital kian mengubah kebiasaan konsumsi media mereka, yakni lebih condong menikmati konten premium yang diproduksi secara profesional di saluran-saluran seperti OTT/CTV dan streaming musik dibandingkan di platform User-Generated Content (UGC).

“Open internet menghadirkan kesempatan bagi para pemasar yang mencari alternatif dari platform UGC,” ujar General Manager Indonesia The Trade Desk Purnomo Kristanto dalam keteranganya diterima di Jakarta pada Kamis.

“Ini adalah alternatif yang memiliki skala, presisi, dan nilai, di mana brand mampu mendapatkan pengukuran yang objektif berdasarkan data bagi kampanye iklan mereka,” tambah Purnomo.

Data menunjukkan bahwa 25 persen masyarakat Indonesia memperkirakan penggunaan OTT/CTV mereka akan meningkat secara signifikan dalam enam bulan ke depan.

K-wave (Korean Wave) memimpin preferensi penonton di OTT dengan tiga dari lima masyarakat Indonesia menyebutkan K-drama dan K-pop sebagai dua genre konten yang paling digemari.

Di antara mereka yang mengonsumsi konten Korea, mereka akan mengakses OTT/CTV tiga kali lebih banyak untuk menyaksikan konten tersebut, dibandingkan dengan platform UGC.

OTT/CTV adalah tempat masyarakat Indonesia mengikuti serta menyaksikan konten selebriti dan pemengaruh atau influencer lokal.

Riset ini juga menegaskan bahwa audiens muda, seperti Gen Z (16 – 24 tahun) dan milenial muda (25 – 34 tahun) mengandalkan OTT untuk mendapatkan konten premium, lebih dari generasi lainnya.

Kelompok usia ini menjadi salah satu yang paling didambakan pengiklan karena mereka berada dalam fase hidup di mana mereka mulai membangun loyalitas merek jangka panjang, dan mereka cenderung menjadi trendsetter bagi semua kalangan usia.

Minat konsumen atas konten Korea dan lokal premium yang terus bertumbuh menjadikan OTT dan streaming musik saluran iklan yang efektif bagi para pengiklan.

Faktanya, perempuan mendengarkan lebih banyak musik di platform streaming musik yang mendukung iklan dibandingkan laki-laki. Riset ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak hanya lebih mudah menerima iklan di saluran-saluran premium tersebut, mereka juga menganggap jenama yang beriklan di OTT dapat dipercayai.

Sebanyak 67 persen masyarakat Indonesia cenderung mempercayai jenama yang beriklan di OTT/CTV, dibandingkan dengan platform UGC.

Data juga menyoroti bahwa pengguna lebih cenderung melakukan multitasking dan kurang menerima iklan ketika mereka menggunakan media sosial.

Faktanya, masyarakat Indonesia 17 persen lebih mungkin untuk melewati iklan di platform UGC dibandingkan dengan iklan di OTT. Di sisi lain, lingkungan konten premium mendorong brand recall yang lebih kuat, terutama pada perempuan yang 16 persen lebih berkemungkinan untuk mengingat jenama yang beriklan di saluran-saluran tersebut dibandingkan dengan platform UGC.

“Ketika platform UGC seperti media sosial mungkin saja mendapatkan jangkauan yang luas, studi ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia di platform tersebut cenderung lebih tidak terpapar (less engaged)," kata Purnomo.

Riset terbaru ini menunjukkan open internet menarik perhatian terhadap iklan yang lebih baik di antara masyarakat Indonesia, selain juga menghasilkan jangkauan dengan dampak lebih baik, tambah Purnomo.

“Mendemonstrasikan potensi open internet memungkinkan The Trade Desk untuk bekerja sama dengan jenama dalam menjangkau audiens yang tepat selagi memberikan pengiklan presisi tinggi yang mampu meningkatkan efektivitas kampanye pemasaran,” tambahnya.

Riset ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia lebih berkemungkinan untuk mengingat seluruh iklan - termasuk jenama serta produk/layanan yang diiklankan - di saluran open internet seperti OTT/CTV, streaming musik, dan game daring. Di sisi lain, konsumen pada saluran UGC cenderung hanya mengingat jenama atau produk/layanan yang diiklankan saja.


Baca juga: Telkomsel pastikan jaringan prima pada Ramadhan dan Idul Fitri 2023

Baca juga: Provider internet MyRepublic kembangkan bisnis di Boyolali

Baca juga: Populix: 72 persen masyarakat Indonesia gunakan internet untuk belanja

Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023