Sebenarnya tidak cukup hanya tahu risiko, tujuan juga penting mulai dari jangka pendek, jangka panjang
Jakarta (ANTARA) - Head of Deposit & Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret menyatakan masyarakat mengenali risiko terlebih dahulu sebelum memulai investasi.

Ada berbagai risiko yang harus dikenali, yaitu risiko diri sendiri maupun risiko dari produk yang akan diinvestasikan.

"Kadang kita tahu risiko kita, tapi lupa kalau produk punya risiko yang harus dipelajari, itu risk-first (approach),” kata dia dalam Media Gathering dan Literasi "Preserve and Grow Your Wealth Through Risk-First Approach” di Teras Ramayana, Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, Kamis.

"Di UOB, risk-first adalah karena kami menyadari pentingnya keseimbangan antara risiko dan imbal hasil. Itu yang terus kami gaungkan mengenai risk-first approach," lanjut Vera.

Lebih lanjut, pendekatan risk-first disebut memastikan nasabah dapat memahami tingkat risiko dirinya sendiri dan dari produk yang akan diinvestasikan sebagai titik awal dalam perjalanan pengelolaan keuangan.

Pendekatan tersebut juga membantu nasabah dalam mengidentifikasi risiko serta mengelola portofolio keuangan sebelum mempertimbangkan imbal hasil yang ingin dicapai agar terhindar dari risiko berlebihan dalam mencapai tujuan keuangan.

Baca juga: Masyarakat harus paham literasi keuangan guna hindari investasi bodong

Baca juga: UOB Indonesia, VISA, dan Volopay hubungkan kartu kredit korporat


“Sebenarnya tidak cukup hanya tahu risiko, tujuan juga penting mulai dari jangka pendek, jangka panjang, uang sekolah anak, dana pensiun, kebutuhan sehari-hari, dan kebutuhan-kebutuhan investasi lainnya. Tujuan dari investasi akan mempengaruhi produk apa yang paling tepat dimiliki oleh nasabah saat itu sesuai dengan profil risikonya,” ucapnya.

Dalam pendekatan risk-first yang diperkenalkan UOB, ada tiga pilar atau langkah dalam perencanaan keuangan.

Langkah pertama adalah melindungi (protect) seluruh nilai kekayaan yang telah dikumpulkan. Protect diperlukan guna melindungi diri dan orang yang dicintai dengan alokasi dana sesuai dengan kebutuhan solusi asuransi yang tepat, aset berisiko rendah lainnya, termasuk salah satunya proteksi-proteksi dalam lingkup asuransi.

Pada langkah kedua (membangun/build), perlu dipastikan seluruh nilai kekayaan yang sudah dikumpulkan telah terlindungi dan dapat memberikan ketenangan pikiran dalam membangun kekayaan dengan portofolio investasi inti yang kuat.

Skema ini dirancang untuk membantu mencari imbal hasil yang stabil guna mencapai tujuan fundamental dan jangka panjang seperti investasi hari tua.

Adapun langkah terakhir dalam perencanaan keuangan adalah meningkatkan (enhance) nilai kekayaan dengan alokasi aset yang sesuai untuk membantu menangkap peluang pasar yang muncul.

“Jangan lupa enhance itu seperti prinsip dari investasi, high gain high risk, high risk high gain. Jadi pada saat ada peluang, jangan lupa pilar pertama harus dipenuhi dulu, baru masuk ke pilar kedua, dan enhance menjadi pilar terakhir. Jangan terbalik,” ungkap Vera.

Berdasarkan Client Risk Profile (CRP) nasabah, UOB dikatakan menerapkan strategi alokasi aset inti dan taktis yang dapat membantu dalam membangun portofolio kekayaan sesuai dengan seberapa risiko yang dapat diambil.

Pihaknya memiliki komposisi portofolio berdasarkan kategori core allocations (alokasi inti) yang berarti memiliki risiko lebih rendah, cenderung stabil, memberikan imbal hasil yang stabil, menjaga protect, dan dirancang lebih khusus membantu nasabah dalam mencapai tujuan jangka panjang. Secara alami, strategi ini tak bergantung pada siklus pasar serta memberikan penghasilan reguler dan cenderung terdiversifikasi di seluruh aset, sektor, dan wilayah.

Strategi kedua ialah tactical allocations (alokasi taktis) yang memiliki nilai risiko lebih tinggi dan berfokus menangkap peluang jangka pendek yang ditargetkan dengan tujuan pertumbuhan modal dan strategi penggabungan pendapatan. Kendati alokasi taktis memiliki risiko yang tinggi, tetapi memberikan peluang high gain.

Ketiga strategi tersebut disesuaikan dengan tiga tipe CRP. Pertama adalah konservatif yang memastikan flow income nasabah stabil sehingga uang mereka terjaga.

Bagi nasabah konservatif, digunakan strategi core allocation dengan persentase 100 persen.

Tipe nasabah kedua ialah moderat yang memiliki porsi taktis setidaknya 30 persen dan 70 persen alokasi inti. Untuk tipe nasabah terakhir yaitu agresif, menempatkan porsi taktis dan inti masing-masing 50 persen.

Di UOB, pihaknya dinyatakan bakal membantu memilih produk-produk apa saja yang masuk kategori core dan tactical.

“Setiap nasabah kalau mau masuk ke tactical, kami akan duduk bareng bersama nasabah untuk me-review produknya seperti apa, untuk mengenal misalnya reksadana prospeknya seperti apa, tujuan investasi dengan karakteristik dari funds ini apa, sehingga kita bisa melihat ekspektasi return dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dengan harapan, kalau nasabah mengerti, maka dia (mengetahui bagaimana cara berinvestasi),” ujar Vera.

Baca juga: UOB Indonesia targetka pengguna UOB Infinity naik 30 persen per tahun

Baca juga: Presdir yakin UOB Infinity beri dampak positif bisnis UOB Indonesia


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023