Sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan, Jakarta adalah salah satu gerbang utama wisatawan ke Indonesia.

Kota metropolitan ini menawarkan beribu kesenangan dan kegemerlapan.

Dan menikmati gemerlap Jakarta kurang lengkap jika belum merasakan sensasi tempo dulu di kawasan kota tua dan pelabuhan Sunda Kelapa. Oase keindahan heritage begitu kental di sini.

Kawasan ini bisa dinikmati dengan menyusuri jalan dari kota tua menuju pelabuhan Sunda Kelapa.

Deretan perahu tradisional bertiang layar menjulang ke langit memperindah gedung-gedung berarsitektur kuno yang masih terjaga keaslian dan keindahannya.

Anda seolah ditarik ke masa beberapa abad lalu. Rindu suasana tempo dulu pun membuncah, terlebih ketika Anda temukan komunitas heritage Jakarta yang acap berkumpul di sini dengan berpakaian dan beratribut masa kolonial Belanda dulu.

Anda bisa menjadi bagian dari oase heritage dengan menyewa sepeda onthel lengkap dengan asesorisnya ala kolonialnya. Ini tentu pengalaman tak terlupakan.

Di sini Anda juga bisa mengunjungi Museum Bahari yang menampilkan dunia kemaritiman Indonesia masa silam dan peninggalan sejarah kolonial Belanda.

Berbagai macam perahu tradisional Indonesia dipajang, termasuk kapal Pinisi, atau susurilah Galangan Kapal Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Kebanggaan Anda  menggunung manakala melihat relief-relief perjalangan nenek moyang bangsa ini tatkala mengarungi lautan dengan gagah berani.

Anda juga bisa menyusuri Jembatan Kota Intan yang juga saksi sejarah semasa kolonial Belanda.

Jembatan ”jungkit” ini dibangun pada 1628 dengan konstruksi besi dan kayu. Sangat menarik menyaksikan jembatan ini pada senja menuju malam hari karena lampu-lampu yang dipasang turut mempercantik jembatan tua ini.

Beberapa gedung tua di kawasan wisata Kota Tua difungsikan sebagai museum.

Museum Sejarah Jakarta yang menempati Gedung Staadhuis menampilkan informasi perjalanan sejarah Jakarta dari jaman prasejarah hingga sekarang, dari koleksi di dalamnya, antara lain Meriam Si Jagur dan Patung Dewa Hermes.

Kemudian Museum Bank Indonesia yang ada di depan Stasiun Beos yang menempati gedung tua yang megah.

Koleksi seputar sejarah perbankan di Indonesia ini ditata dengan sangat modern sehingga jauh dari kesan membosankan.

Diorama dan patung-patung berggambarkan aktifitas masa lalu sangatlah menarik. Tepat di sebelah Museum BI, berdiri megah bangunan tua Museum Mandiri.

Museum milik Bank Mandiri ini menempati bangunan yang dulunya kantor  Nederlandsch Handel-Maatschappij (NHM) atau Maskapai Dagang Belanda.

Hampir sama dengan Museum BI, dalam museum Bank Mandiri ini juga terhimpun koleksi dan informasi tentang seputar sejarah perbankan.

Museum berikutnya adalah Museum Wayang yang memajang ragam koleksi wayang tradisional dari seluruh wilayah Indonesia, diantaranya Wayang Intan, Wayang Suket, Wayang Beber dan Wayang Revolusi yang langka itu. Bahkan beberapa didatangkan dari luar negeri.

Selain sebagai museum, ada juga yang difungsikan sebagai café tanpa mengubah bentuk aslinya, seperti Café Batavia yang berada tepat di depan Museum Fatahillah. Satu café yang menempati gedung tua berarsitektur unik, baik eksterior maupun interiornya.

Memandang gedung-gedung tua nan indah di balik tirai jendela café Batavia sambil menikmati makanan dan minuman serta lalu lalang wisatawan bersepeda onthel di Kota Tua adalah pengalaman sangat unik nan mengesankan.

Jakarta boleh berbangga dengan kekayaan heritage ini, Enjoy Jakarta!

(advertorial)

Editor: Copywriter
Copyright © ANTARA 2012