Taipei (ANTARA) - Sembilan pesawat China telah melintasi garis median Selat Taiwan dalam rangka patroli kesiapan tempur pada Jumat, menurut kementerian pertahanan Taiwan yang turut menyebut gerakan tersebut tidak rasional.

Meningkatnya ketegangan antara China dan Taiwan tersebut terjadi akibat singgahnya pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen di Amerika Serikat pada Rabu (29/3) di tengah agenda kunjungannya ke Amerika Tengah.

Tsai diperkirakan akan bertemu Ketua DPR AS Kevin McCarthy di Los Angeles sebelum pulang ke Taipei pada April, dan pekan ini China mengancam akan melakukan tindakan balasan apabila pertemuan tersebut berlangsung.

Kementerian pertahanan Taiwan menyebut sembilan pesawat China tersebut melintasi bagian utara, tengah, dan selatan garis median, yang menjadi zona penyangga tidak resmi antara China dan Taiwan.

Merespons tindakan China, angkatan bersenjata Taiwan meluncurkan beberapa pesawat dan kapal untuk memonitor situasi tersebut dengan cara-cara yang "tidak akan meningkatkan konflik atau menimbulkan perselisihan", kata kementerian.
Baca juga: China ancam membalas jika Ketua DPR AS temui pemimpin Taiwan

"Mobilisasi kekuatan yang dilakukan militer komunis secara sengaja menimbulkan ketegangan di Selat Taiwan, yang tidak hanya merongrong perdamaian dan kestabilan, tapi juga berdampak buruk terhadap keamanan regional dan pembangunan ekonomi," sebagaimana pernyataan kementerian Taiwan tersebut.

Sementara itu, pihak China, yang mengakui Taiwan sebagai daerahnya sendiri, belum mengeluarkan pernyataan apapun.

Dalam sebuah acara yang digelar Hudson Institute pada Kamis (30/3), Tsai menyatakan bahwa China adalah pihak yang paling bertanggung jawab memperburuk ketegangan di Selat Taiwan.

"China secara sengaja memperburuk ketegangan, tapi Taiwan selalu merespon hal tersebut dengan hati-hati dan tenang, supaya dunia bisa melihat bahwa Taiwan adalah pihak yang bertanggung jawab dalam hubungan lintas-selat," kata pemimpin Taiwan.

Sementara itu, seorang pejabat senior Taiwan menyatakan bahwa pesawat-pesawat China tersebut hanya sedikit melanggar batas garis median, dan tidak ada gerakan tidak biasa dari kapal-kapal China yang dihentikan.
Baca juga: Pemimpin Taiwan tinjau tentara jelang kunjungan ke AS, Amerika Tengah

Agustus lalu, China telah melancarkan latihan perang skala besar di sekitar pulau Taiwan sebagai respons atas kunjungan Ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi, ke Taipei.

Pejabat tersebut menjelaskan kemungkinan kecil China akan mengulang latihan perang skala besar semacam itu, karena China kali ini tengah fokus "tebar pesona" dengan pemimpin politik dan bisnis asing, serta tidak ingin mengirimkan pesan yang bertentangan.

"Semakin besar perhatian komunitas internasional kepada Taiwan, semakin kesal China," lanjufnya.

Selain itu, perdana menteri Taiwan Chen Chien-jen pada Jumat menyatakan sebagai sebuah demokrasi, Taiwan punya hak menjalin hubungan dengan dunia. Ia juga berharap China tidak akan mencari-cari alasan untuk melakukan provokasi.

"Ekspansi otoriter China akan mengakibatkan masalah yang tidak perlu, karenanya kami kembali menyeru dan berharap supaya China mengurangi tindakan provokasinya," kata Chen.

China tidak pernah secara resmi mengakui garis median tersebut, yang dibuat oleh seorang jenderal AS tahun 1954 di tengah ketegangan Perang Dingin, meskipun sampai baru-baru ini Tentara Pembebasan Rakyat China mematuhi garis median itu.

Sumber: Reuters

Baca juga: Ma: China dan Taiwan harus lakukan apa pun untuk hindari perang

Penerjemah: Nabil Ihsan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023