Jakarta (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia menyampaikan dirinya tidak mau berkomentar terlalu jauh perihal putusan FIFA mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, tetapi ia akan mengecek perkembangan apakah hal itu berpotensi menimbulkan dampak terhadap iklim investasi.

"Saya no comment, karena saya Menteri Investasi dan itu baru terjadi dua hari, saya akan cek bagaimana perkembangan yang ada," kata Bahlil kepada awak media di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat.

Kendati demikian, Bahlil yang pernah berkecimpung di dunia sepak bola sebagai manajer klub Persidafon Dafonsoro medio 2010-an mengaku tetap menyayangkan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Bahlil berharap kejadian tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi semua pihak.

"Sebagai mantan manajer bola, orang yang suka bola, menyayangkan saja kejadian ini. Dan ini menjadi pembelajaran untuk kita semua. Saya pikir kita harus lebih dewasa lagi, jangan mencampuradukkan semua hal lah," ujarnya.

Ketika ditanya perihal penolakan Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terhadap salah satu negara peserta Piala Dunia U-20, meskipun mereka telah menandatangani komitmen provinsi tuan rumah, Bahlil juga memilih tidak berkomentar.

Indonesia secara resmi dicoret sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 setelah pengumuman yang disampaikan FIFA pada Rabu (29/3) malam WIB.

Dalam pengumumannya FIFA tidak menyebut secara rinci alasan pencoretan status tuan rumah Indonesia, hanya membubuhkan "karena kondisi terkini".

Pengumuman tersebut muncul setelah beberapa pekan terakhir pro-kontra mengenai keikutsertaan Israel dalam Piala Dunia U-20, termasuk penolakan yang terang-terangan dilontarkan Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Pencabutan status tuan rumah sekaligus menjadi preseden buruk yang bisa mempengaruhi peluang dan kepercayaan terhadap Indonesia berkenaan dengan komitmen penyelenggaraan event internasional.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023