Komersialisasi membahayakan roh pemersatu olahraga. GBK beralih fungsi dari tempat menempa atlet menjadi kawasan yang kini lebih dikenal sebagai kawasan bisnis,"
Jakarta (ANTARA News) - Mantan atlet Indonesia era 70-an menyoroti komersialisasi Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta karena dampaknya bisa dapat menghilangkan roh persatuan insan olahraga.

Padahal, kata mantan petinju nasional Syamsul Anwar Harahap di Jakarta, Rabu bahwa keberadaan roh persatuan itu menjadi pemicu semangat dalam upaya menggapai prestasi terbaik pada gelanggang olahraga internasional.

"Komersialisasi membahayakan roh pemersatu olahraga. GBK beralih fungsi dari tempat menempa atlet menjadi kawasan yang kini lebih dikenal sebagai kawasan bisnis," imbuhnya.

"Sekarang lokasi GBK yang diperuntukkan bagi olahraga semakin menyempit dikalahkan kepentingan ekonomi berupa pembangunan mall dan hotel," kata petinju yang pernah bersinar era 70-an di kancah dunia.

Syamsul mengkritisi pembangunan Lapangan Golf di Senayan yang tidak memberi keuntungan bagi pembinaan prestasi olahraga.

Selain itu, kawasan GBK yang sejatinya dibangun untuk dunia olahraga malah diubah menjadi balai sidang dan kawasan hotel yang menurutnya tidak memberi sumbangsih prestasi olahraga signifikan.

"Yang ada adalah lokasi kawah candradimuka atlet semakin berkurang." Malah terdapat rencana salah satu perusahaan yang ingin membangun tempat pertunjukan seni dengan menggusur lima gedung dan dua lapangan olahraga.

Padahal kawasan tersebut merupakan lokasi yang biasa dimanfaatkan delapan cabang olahraga untuk beraktivitas.

"Kami insan olahraga merasa amat kehilangan pijakan. Bagaimana mengembalikan GBK sebagai roh pemersatu untuk membina atlet agar berprestasi setidaknya sama dengan pencapaian Indonesia pada Asian Games IV."

Saat itu, Indonesia menjadi tuan rumah pesta olahraga se-Asia di Jakarta pada tahun 1962. Atlet nasional mencatatkan diri sebagai terbaik kedua setelah Jepang dalam klasemen akhir perolehan medali AG 1962.

"Magnet dunia olahraga kita masih ada di GBK dengan stadion utama sebagai titik sentral. Gelanggang olahraga tersebut sudah menjadi warisan nasional," kata Syamsul.

"Indonesia belum mampu membangun sesuatu yang setara dengan GBK meski sudah sekitar 60 tahun berlalu," katanya.

(A061/I014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2012