Jakarta (ANTARA) - Ketua Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) Ignatius Indro berharap pembangunan sistem sepak bola Indonesia dijalankan dengan jelas meski terancam sanksi FIFA ataupun tidak kedepannya dampak dari pencabutan status tuan rumah Piala Dunia U-20.

Hal tersebut disampaikan Ignatius Indro dalam sesi diskusi publik bertajuk  "Bayang-bayang Sanksi FIFA dan Batalnya Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20" di Kantor DPP PKB Jakarta, Senin.

"Pembangunan sistem Indonesia harus dijalankan. Pelatih Shin Tae-yong kesulitan memilih pemain sampai melakukan naturalisasi. Ini karena sistemnya tidak berjalan bagus. Pembinaan usia dini tidak berjalan. Kita sebenarnya mau meniru Amerika yang kompetisi usia dini lewat sekolah formal atau meniru Eropa lewat akademi klub. Kita dua-duanya nggak berjalan," kata Ignatius Indro.

Baca juga: Muhaimin ajak benahi bersama persoalan mendasar sepak bola Indonesia
Baca juga: Menpora Dito Ariotedjo sebut lobi PSSI soal sanksi FIFA masih berjalan


Menurut Ignatius Indro dengan berjalannya sistem yang jelas maka perlahan masalah-masalah persepakbolaan Indonesia dapat berkurang dan teratasi.

"Belum lagi masalah suporter dan masalah lainnya. Sport science kita belum pakai sama sekali. Itu hal-hal yang harus diperhatikan," imbuhnya.

Sementara itu pengamat sepak bola Akmal Marhali berpendapat bahwa kasus sepak bola Indonesia jangan sampai berulang tanpa penyelesaian hukum dan moral.

"Jangan sampai kasus-kasus ini berulang dan penyelesaian hanya sedih kecewa. Tidak ada penyelesaian hukum atau penyelesaian moral," kata Akmal Marhali.

Setelah pencabutan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, Presiden Joko Widodo memerintahkan Ketua PSSI Erick Thohir untuk mentransformasi sepak bola Indonesia melalui cetak biru yang nantinya akan disampaikan kepada FIFA.

Baca juga: Besok, Komisi X panggil PSSI bahas masa depan sepak bola Indonesia
Baca juga: Kemenparekraf taksir kerugian batalnya Piala Dunia U-20 Rp3,7 triliun


Pewarta: Fajar Satriyo
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2023