....Saya tidak peduli ada yang menilai film saya jelek. Banyak yang menganggap sepele tetapi itu simpanan rekaman. Ini cara kerja saya."
Magelang (ANTARA News) - Sutradara Garin Nugroho mengaku bahwa film yang dibuatnya sebagai perpustakaan tentang maestro Indonesia yang bakal berguna untuk perkembangan kebudayaan pada masa mendatang.

"Film saya sebagai perpustakaan yang nanti akan penting," katanya saat menjadi pembicara utama dalam suatu diskusi tentang kebudayaan di Padepokan Tjipto Boedojo Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di kawasan barat puncak Gunung Merapi di Magelang, Kamis hingga tengah malam.

Pada kesempatan itu, ia menyebutkan sejumlah pemeran yang dinilai sebagai maestro dalam beberapa karya filmnya seperti penari Retno Maruti, Eko Supriyanto, Ni Ketut Cenik, sastrawan Nirwan Dewanto, seniman teater Butet Kartaradjasa, dan pemusik Djaduk Ferianto.

Ia menyatakan kesadarannya secara diam-diam, melalui karyanya yang berbasis kearifan lokal itu, untuk merekam tentang sang maestro Indonesia.

"Itu menjadi lebih penting daripada filmnya sendiri. Saya tidak peduli ada yang menilai film saya jelek. Banyak yang menganggap sepele tetapi itu simpanan rekaman. Ini cara kerja saya," katanya.

Pada kesempatan itu ia juga mengemukakan pentingnya membuat film yang berlatarbelakang warisan budaya karena kebanyakan karya populer tanpa ada nilai tentang warisan budaya.

Selain itu, katanya, pembuatan suatu film dokumenter juga harus dilakukan secara sungguh-sungguh dan bukan sekadar hiburan.

"Tidak mungkin wayang muncul tanpa maestro. Industri kreatif kita muncul mengutamakan populer, tidak sadar warisan budaya. Tidak mungkin masyarakat hidup dari budaya populer karena tidak akan kuat. Kalau seniman mengagungkan yang populer maka seniman akan `mati,`" katanya. (M029)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012