New York (ANTARA) - Dolar tergelincir terhadap beberapa mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor mengkonsolidasikan posisi saat menunggu data pekerjaan penting AS yang keluar pada liburan perdagangan saham yang dapat mempengaruhi kebijakan Federal Reserve dan melepaskan reaksi pasar yang berpotensi bergejolak.

Pasar saham AS tutup pada Jumat Agung dan beberapa negara Eropa juga tutup pada Senin (10/4/2023).

Laporan data penggajian non-pertanian (NFP) AS yang diawasi ketat pada Jumat waktu setempat, ketika banyak pasar di seluruh dunia tutup, akan mengikuti data sektor manufaktur dan jasa yang mengecewakan dari Institute for Supply Management (ISM) dan angka ketenagakerjaan swasta pada Rabu (5/4/2023).

Dalam perdagangan sore, indeks dolar AS, yang mencapai level terendah dua bulan minggu ini, sebagian berkat penurunan imbal hasil obligasi pemerintah, turun 0,1 persen pada 101,81.

Laporan klaim pengangguran AS pada Kamis (6/4/2023) menambah pemicu ke ekonomi yang melambat. Data memasukkan revisi ke angka sebelumnya setelah pemerintah memperbarui model yang digunakannya untuk menyesuaikan seri untuk fluktuasi musiman.

Klaim awal untuk tunjangan pengangguran turun 18.000 menjadi 228.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 1 April. Namun data untuk pekan sebelumnya direvisi untuk menunjukkan 48.000 lebih banyak permohonan yang diterima daripada yang dilaporkan sebelumnya.

Selain itu, jumlah orang yang menerima tunjangan setelah minggu pertama bantuan, proksi untuk perekrutan, naik 6.000 menjadi 1,823 juta selama pekan yang berakhir 25 Maret.

"Revisi (klaim awal) melukiskan gambaran yang berbeda dari awal tahun, dibandingkan dengan apa yang kami pikirkan saat itu bahwa pasar tenaga kerja berjalan cukup baik," kata Amo Sahota, direktur eksekutif di perusahaan konsultan Klarity FX di San Francisco.

"Sekarang mereka menunjukkan klaim yang lebih tinggi secara konsisten. Itu menunjukkan lebih banyak moderasi dalam ekonomi. Mereka telah sedikit meredam suasana hati dan secara keseluruhan skenario soft landing bukanlah prognosis yang masuk akal saat ini," tambahnya.

Sementara banyaknya data ekonomi yang lesu telah menyebabkan para pedagang mengurangi taruhan tentang berapa lama lagi suku bunga AS perlu bertahan di wilayah restriktif, hal itu secara bersamaan menyalakan kembali kekhawatiran tentang risiko resesi.

Namun, resesi AS terbukti bermanfaat bagi dolar, kata para analis.

"Resesi mungkin akan lebih mendukung dolar karena dampak resesi tidak hanya terlokalisasi di AS. Ini akan menjadi global," kata Sahota dari Klarity.

Fokusnya sekarang beralih ke laporan ketenagakerjaan AS.

Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan data NFP tumbuh sebesar 239.000 pada Maret, menyusul kenaikan pada Februari sebesar 311.000. Data NFP jauh lebih rentan untuk memberikan kejutan naik daripada meleset dalam satu atau dua tahun terakhir.

Untuk pasar yang buka pada Jumat, ini bisa membuat sesi menjadi sangat fluktuatif.

Tanda-tanda ekonomi AS yang suram telah memperkuat pandangan bahwa Fed akan membalikkan arah kenaikan suku bunga.

Pasar berjangka suku bunga AS saat ini menilai peluang Fed yang kurang lebih sama untuk membiarkan suku bunga tidak berubah pada pertemuan berikutnya, dengan beberapa pemotongan suku bunga diperkirakan pada akhir tahun.

Dolar naik 0,4 persen terhadap yen Jepang pada 131,765 yen. Sementara itu, dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko masing-masing turun 0,7 persen menjadi 0,6679 dolar AS dan 1,1 persen menjadi 0,6251 dolar AS. Sterling turun 0,1 persen menjadi 1,2451 dolar, sementara euro naik 0,2 persen pada 1,0931 dolar.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023