Ini benar-benar akhir prasejarah dan awal dari sejarah.
Jakarta (ANTARA News) - Tim arkeolog menemukan pahatan yang diyakini berasal dari masa pemerintahan firaun tertua pada bebatuan di dekat Sungai Nil di bagian selatan Mesir.

Ukiran pada batu itu menggambarkan seorang bermahkota yang melakukan perjalanan dalam prosesi upacara menggunakan kapal berbentuk sabit, yang mungkin menggambarkan perjalanan mengumpulkan pajak keliling di Mesir.

"Ini benar-benar akhir prasejarah dan awal dari sejarah di Mesir," kata pemimpin tim arkeolog dari Yale University, Maria Gatto, kepada LiveScience.

Menurut laporan tim arkeolog yang dipublikasikan di jurnal Antiquity edisi Desember 2012, arkeolog Archibald Sayce adalah orang pertama yang menggambarkan skesta ukiran di Desa Nag el-Hamdulab itu pada 1890-an.

Tapi catatan Sayce hanya bagian dari ilustrasi yang dipublikasikan dalam buku sehingga situs itu kemudian terlupakan, sampai arkeolog Mesir, Labib Habachi, memotret ukiran itu tahun 1960-an. Tapi Habachi juga tak mempublikasikan potretnya.

Setelah foto itu muncul lagi tahun 2008, Gatto dan timnya mulai mencari situs yang menurut perkiraan beberapa orang sudah rusak dan menemukan kembali ukiran-ukiran itu.

Beberapa ukiran memang telah dirusak sejak tahun 1960-an, namun Gatto dan timnya menemukan goresan pada batu di sebuah gelanggang terbuka di bagian barat Nag el-Hamdulab. Mereka kemudian membandingkannya dengan potret Habachi.

Ada tujuh ukiran tersebar di seluruh area itu, beberapa diantaranya gambar tablo perahu yang diapit oleh dua tahanan.

Ukiran yang paling lebar menunjukkan lima kapal, satu diantaranya ditumpangi firaun bermahkota, seorang pembawa kipas dan dua pengusung.

Lambang banteng dan elang pada perahu firaun merupakan simbol kerajaan. Asal-usul sosok dalam perahu itu juga dipertegas dengan empat orang yang berdiri di sisi kapal memegang tali, sepertinya menarik kapal itu di sepanjang Nil.

Tulisan hieroglif melabeli ukiran itu "perjalanan bahari," sepertinya merujuk ke penerus Horus, kata Gatto.

Dalam periode pesiar ke sepanjang Mesir, firaun memperkuat kekuasaan dan mengumpulkan pajak. Dengan demikian, ukiran itu tidak hanya menggambarkan visi tertua seorang firaun, tapi juga kampanye pajak Mesir.

Ukiran yang lain menggambarkan sekumpulan orang dan anjing mengembala kelompok ternak dan gerombolan binatang, dua diantaranya berbadan setengah singa. Binatang lainnya adalah spesies asli Afrika seperti dua burung onta, sejenis kambing hutan jantan dan seekor banteng.

Gambar yang lain menunjukkan proses pembuatan bir dan acara minum bir, mungkin merujuk pada suatu festival.


Raja pertama?

Menurut Gatto, gaya ukiran dan penulisan hieroglif menempatkan gambaran itu pada 3200 SM sampai 3100 SM, saat Mesir dalam masa transisi ke pemerintahan dinasti firaun.

Ini mungkin berasal dari masa kekuasaan Narmer, firaun pertama yang menyatukan Mesir Atas dan Bawah, katanya.

Berdasarkan simbol pada ukiran, Gatto dan koleganya percaya karya seni itu berasal pada masa awal kekuasaan Narmer, sebelum dia menyatukan dua bagian di Mesir.

"Sepertinya penting bagi Narmer untuk menyelesaikan masalah di Selatan, untuk mengendalikan Selatan dan kemudian sepertinya bergerak ke Utara, dan pada saat itu dia menyatukan Mesir dan kita punya dinasti yang pertama," kata Gatto.

(nta)



Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2012