Jakarta (ANTARA News) - Akademi Jakarta menganugerahkan "Penghargaan Akademi Jakarta 2012" kepada budayawan Sapardi Djoko Damono di Taman Ismail Marzuki, Kamis.

Ketua Akademi Jakarta Taufik Abdullah mengatakan, "Penghargaan Akademi Jakarta" tidaklah diperuntukkan bagi penghasil karya seni terbaik.

"Penghargaan ini diberikan pada pribadi yang telah memberikan kontribusi yang berarti secara konsisten dalam kehidupan dan dinamika kebudayaan di Tanah Air dan ini merupakan pencapaian seumur hidupnya," ujar Taufik pada kata sambutan acara penyerahan Penghargaan Akademi Jakarta 2012.

Ketua Dewan Juri "Penghargaan Akademi Jakarta 2012", Bambang Bujono, dalam laporan dan keputusan juri menyebutkan, kriteria calon penerima penghargaan diberikan berdasarkan kesepakatan lima orang juri adalah tokoh yang sudah berusia 50 tahun ke atas dari berbagai bidang kesenian dan budaya, belum pernah mendapat penghargaan sejenis, punya prestasi nasional dan internasional, dan tetap konsisten berkarya dalam jangka waktu cukup panjang dengan pencapaian di atas rata-rata.

Dari sekitar 80 nama yang dicalonkan, Sapardi dianggap yang paling setia dalam berkarya dan mampu memberikan sumbangan berarti pada dinamika kebudayaan Indonesia.

Kesetiaan Sapardi terbukti dari buku kumpulan puisi yang terbit tidak kurang dari 10 buku, beberapa kumpulan prosa, serta sejumlah esai kesusastraan yang dia terbitkan.

"Pengaruh puisi Sapardi pada generasi selanjutnya cukup besar dan terasa. Bahasa Sapardi sangat sehari-hari sehingga mudah dimengerti dan kemudian diikuti oleh penyair-penyair selanjutnya," ujar Bambang.

Sebelum diubah menjadi "Penghargaan Akademi Jakarta", penghargaan ini diberi nama "Hadiah Seni Akademi Jakarta" yang diberikan pada Rendra (1975), Zaini (1978), Gregorius Sidharta Soegijo (2003), Nano S (2004), dan Gusmiati Suid (2004).

"Penghargaan Akademi Jakarta" sebelumnya juga telah diberikan kepada Retno Maruti (2005), Amir Pasaribu (2006), Raden Pandji Soejono (2006), Tenas Effendy (2006), Sutardji Calzoum Bachri (2007), Slamet Rahardjo Djarot (2008), Putu Wijaya (2009), Taufik Ismail (2009), Rahayu Supanggah (2011), dan tahun ini diberikan kepada Sapardi Djoko Damono.

"Terima kasih atas kepercayaan Akademi Jakarta dengan memberikan penghargaan ini kepada saya. Sejak kecil saya bukanlah anak yang istimewa, tapi saya tidak bodoh," ujar Sapardi pada kata sambutannya.

(M048)


Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2012