Pembangunan infrastruktur masih merupakan tantangan besar yang harus diatasi Indonesia, namun ironisnya minat kalangan muda untuk menjadi tenaga ahli di bidang teknik justru menurun,"
Jakarta (ANTARA News) - Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menyatakan bahwa berkurangnya minat kalangan muda untuk menjadi tenaga ahli di bidang teknik dapat mengancam pembangunan infrastruktur di Indonesia.

"Pembangunan infrastruktur masih merupakan tantangan besar yang harus diatasi Indonesia, namun ironisnya minat kalangan muda untuk menjadi tenaga ahli di bidang teknik justru menurun," kata Ketua Umum PII, Bobby Gafur Umar, dalam siaran pers yang diterima ANTARA, Selasa.

Dalam Conference of the ASEAN Federation of Engineering Organizations ke-30 di Phnom Penh, Kamboja, Senin (18/12), dia mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan sumberdaya manusia yang berkompeten untuk membangun infrastuktur di Indonesia, dan sampai saat ini pembangunan infrastruktur di Indonesia menjadi tantangan besar untuk mengembangkan perekonomian Indonesia.

"Kami juga memahami bahwa infrastruktur merupakan komponen kunci dalam upaya untuk menarik investasi lebih besar bagi ekspansi ekonomi Indonesia," katanya.

Peringkat Indonesia dalam pengadaan infrastruktur masih rendah, dan berdasarkan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum), untuk kualitas infrastruktur jalan, Indonesia hanya berada di peringkat 105 pada tahun 2008, peringkat 95 pada tahun 2009, peringkat 84 pada tahun 2010 dan peringkat 83 pada 2011.

Bobby menjelaskan, salah satu tantangan Indonesia adalah kurangnya sumber daya manusia yang punya kompetensi untuk mendukung pembangunan infrastruktur tersebut.

"Minat kalangan muda Indonesia terhadap teknologi justru menurun saat kami di Indonesia sedang berusaha keras menggenjot pembangunan infrastruktur," katanya.

Menurut dia, pembangunan infrastruktur di Indonesia membutuhkan sumber daya manusia dengan kualifikasi profesional dan pendidikan tinggi di bidang teknik sebanyak 2, 75 juta orang hingga tahun 2025.

"Angka tersebut bisa dicapai jika Indonesia dapat mencetak sumber daya manusia lulusan pendidikan teknik sebanyak 57 ribu per tahun pada 2015 hingga 163,5 ribu per tahun pada 2025," kata Bobby.

Sebagai catatan, lanjutnya, saat ini hanya ada sekitar 750.000 insinyur dari berbagai bidang di Indonesia.

"Jumlah insinyur di Indonesia, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, hanya mencapai 164 orang per satu juta penduduk dan sangat kurang. Harus ada upaya serius untuk mencetak insinyur yang lebih banyak," katanya.

Tahun 2010, sumber daya manusia Indonesia pada bidang teknik dengan kualifikasi tinggi hanya mencapai 7,2 persen.

"PII memperkirakan Indonesia harus mencetak sedikitnya 185 ribu sarjana teknik per tahunnya pada tahun 2025 agar tujuan pembangunan infrastruktur tercapai," kata Bobby.
(V003/S025)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012