Dili (ANTARA News) - Presiden Timor Leste Xanana Gusmao membuat suatu imbauan emosional kepada pihak-pihak yang berseteru dari bagian barat dan timur negeri itu untuk saling memaafkan, seraya meminta mereka mengakhiri aksi kekerasan yang telah berlangsung beberapa pekan. "Marilah kita bersatu untuk suatu kepentingan yang lebih luas yakni keinginan bersama untuk adanya stabilitas di Timor Leste, terutama di Dili, sehingga dapat mengurangi penderitaan rakyat," kata dia di markas kepolisian seperti dilaporkan AFP. Sambil berjalan bolak-balik di hadapan lusinan anggota kepolisian nasional (PNTL), Gusmao mendesak mereka untuk "melupakan kata `Loromonu` dan `Lorosae` yang masing-masing mengacu pada bagian sebelah barat dan timur negeri itu. "Marilah kita melupakan apa yang telah terjadi, kekerasan yang telah terjadi. Adalah tugas kita untuk memaafkan satu sama lain dan membangun kembali bangsa yang kita cintai ini, kata dia. "Saat-saat ini adalah saat yang sangat kritis bagi kita semua." Beberapa polisi wanita di deretan depan meneteskan airmata mendengar ucapan Gusmao, yang merupakan seorang pahlawan nasional yang telah memimpin perjuangan gerilya untuk melepaskan negeri itu dari Indonesia. Kerusuhan di negeri itu dimulai bulan lalu saat sekitar 600 tentara atau sekitar 40 persen dari angkatan bersenjata negeri tersebut dipecat setelah mereka memprotes sikap diskriminasi terhadap tentara-tentara yang berasal dari wilayah barat. Serangan sporadis antara kedua wilayah itu meluas hingga aksi kekerasan di jalan-jalan ketika kelompok-kelompok yang bersaing dari wilayah timur dan barat bertempur satu sama lain dengan menggunakan golok, ketapel, dan panah. Hingga saat ini telah jatuh korban sekurang-kurangnya 20 orang tewas dan lusinan rumah serta tempat perdagangan terbakar. Puluhan ribu penduduk Dili telah melarikan diri dari ibukota Timor Leste tersebut serta mencari perlindungan di kompleks-kompleks gereja. Para tentara dan polisi bersenjata Australia, yang diminta Pemerintah Timor Leste untuk mengamankan situasi, telah membentuk suatu lingkaran penjagaan ketat di dalam dan sekitar markas kepolisian saat Gusmao berbicara di halaman terbuka di bawah terik matahari. "Saya tahu sebagian dari kalian yang berdiri di depan saya berasal dari Lorosae (timur) dan yang lain berasal dari Loromanu (barat)," kata dia. "Namun saya bangga sebab kalian tetap bersatu dan tetap setia mengabdi pada negeri dan bangsa ini." Setelah mengucapkan pidatonya, Gusmao menyalami sekelompok petugas polisi dari kecamatan dan para pemimpin-pemimpin muda yang juga hadir, serta memeluk sebagian dari mereka. "Ini adalah waktunya untuk tidak membawa (senjata) dan untuk menyerahkannya pada polisi serta pasukan internasional yang sekarang sedang membantu kita memulihkan hukum dan ketertiban," kata Gusmao. Dia kemudian bertemu dengan utusan khusus PBB Ian Martin di markas misi PBB di dekat lokasi markas kepolisian. Gusmao, ditemani Kepala Misi PBB untuk Timor Leste Sukehiro Hasegawa, lalu mengunjungi para pengungsi yang berkemah di luar halaman kantor PBB(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006