Jakarta (ANTARA) - Pengamat sepak bola Indonesia Hardimen Koto membeberkan ada setidaknya dua penyebab mengapa sepak bola Indonesia sulit untuk maju.

Hardimen mengatakan sebab pertama sulit majunya sepak bola Indonesia adalah kurangnya “pride” atau rasa bangga secara berkelanjutan dari berbagai pihak yang terlibat, karena masih terlalu fanatik dengan daerah asal.

“Pride kita kecil, kebanggaan. Apapun klubnya itu sempit. Manado bicara Manado, PSM bicara PSM, Persebaya bicara Persebaya. Tapi ketika mengerucut ke timnas itu bagus, tapi itu cuma sesaat,” kata Hardimen saat mengikuti diskusi turun minum Refleksi 93 tahun PSSI di GBK Arena, Senin sore.

Menurutnya, jika ingin sepak bola Indonesia maju, maka semua pihak yang terlibat harus terbuka dengan hal yang ia singgung itu.

“Kita harus open mind, harus terbuka kalo sepak bola kita ingin maju,” ucap Hardimen.

Pria kelahiran Padang itu juga mengimbau kepada induk terbesar sepak bola Indonesia itu untuk selalu mematangkan pelaksanaan kompetisi nasional dari tahun ke tahun jika ingin membuat sepak bola Tanah Air menjadi lebih baik.

Selanjutnya poin kedua, pria yang berprofesi sebagai pengamat sekaligus wartawan sepak bola itu berpendapat agar penjadwalan kick-off dan permasalahan sponsor setiap klub dimatangkan jauh-jauh hari, bukan di waktu yang terbatas.

“Untuk hal-hal yang segmented itu harus dikemas dengan detail. Misanya Liga 1, umumkan dong kapan kick-off, let say November. Biar apa? Biar semua 18 klub enak untuk mempersiapkan timnya, untuk juara dan sebagainya,” kata Hardimen.

“Kalo nasional, pertanyaan-pertanyaan standar dari calon sponsor kita tidak bisa jawab. Kita gak bisa jawab ‘Hei, klub lo 34 match selama satu musim live-nya berapa kali? Live-nya di hari apa? Weekday kah weekend kah?’,” tambah Hardimen.

“Karena harga jual kita itu beda-beda dan itu harus jauh-jauh hari, jangan seminggu sebelum kick-off,” Hardimen menegaskan.

Hardimen menjadi salah satu dari enam narasumber yang diundang dalam acara yang gelar PSSI Pers bertajuk “Diskusi Turun Minum Refleksi 93 Tahun PSSI” di GBK Arena.

Selain Hardimen, ada nama-nama seperti Robby Darwis (jebolan kompetisi perserikatan dan timnas Indonesia), Dimas Wahyu Indrajaya (pegiat sejarah olahraga Indonesia), Firman Utina (jebolan Liga Indonesia dan timnas Indonesia), Arya Sinulingga (anggota Exco PSSI), Rully Nere (mantan pemain kompetisi Galatama dan timnas Indonesia), dan Toyo Haryono (peraih emas SEA Games 1991).

Baca juga: Rully Nere berharap timnas Indonesia peroleh emas di SEA Games
Baca juga: PSSI Pers gelar diskusi refleksi organisasi jelang HUT ke-93


Pewarta: Zaro Ezza Syachniar
Editor: Roy Rosa Bachtiar
Copyright © ANTARA 2023