Wanita selalu identik dengan perilakunya yang lemah lembut dan sering kali dianggap butuh perlindungan dari lawan jenis untuk bisa membela diri.
Namun, stigma ini sudah bergeser seiring berjalannya waktu. Kini sudah banyak wanita tangguh yang mampu menjaga dirinya sendiri demi menjaga keselamatan diri maupun orang lain.
Salah satunya dirasakan oleh Shabirah Azzahra Putri, remaja berusia 17 tahun yang tergabung dalam silat Betawi sejak usia belia, yakni 10 tahun.
Dalam Festival Betawi di Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi (UPK PBB) Setu Babakan di Jakarta Selatan itu, gerakannya begitu luwes memadukan langkah kaki dan tangan secara gesit. Sorot matanya terlihat tajam seakan membaca langkah apa yang akan dihadapkan lawannya.
Penampilan seorang Zahra membuktikan kemampuan bela dirinya yang terlatih sejak usia dini. Tak heran medali emas, perak hingga perunggu menjadi koleksinya sebagai prestasi.
Pada awalnya ia hanya iseng mencoba salah satu olahraga bela diri tersebut hingga akhirnya tergabung dalam sanggar pencak silat atau Komando Latihan Silat Beksi di Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Menurutnya lingkungan dalam dunia silat Betawi itu penuh tantangan dan kekeluargaan yang membuatnya semakin suka.
Terlebih, Zahra sudah mengikuti festival ke luar kota yang membuatnya sering jalan-jalan sembari menunjukkan kebolehannya dalam pencak silat.
Penampilannya juga sempat menghiasi sinetron “Emak Gue Jagoan” (2006) hingga tampil di film pendek dari sanggarnya. Hal inilah yang menjadi momen tak terlupakan baginya sebagai pesilat wanita.
Bela diri bagi wanita
Menjadi seorang pesilat sejak usia dini, tentunya Zahra sempat mengalami kejadian tak terlupakan yang membuatnya semakin giat untuk berlatih pencak silat.
“Dulu pernah dipepet tiga orang bawa senjata bambu pas pagi-pagi cari makan sendiri, Alhamdulillah karena ada bela diri juga bisa selamat,” kata Zahra saat ditemui ANTARA.
Sejak itulah, ia semakin bersemangat mendalami dunia pencak silat, lantaran, menurutnya, sangat penting sebagai modal untuk dimiliki anak muda, terutama para wanita agar percaya memiliki kekuatan.
Tak hanya untuk menyelamatkan dan membangun harga diri, keahlian ini bisa membantu menolong nyawa orang lain, sehingga tak ternilai akan kebaikannya.
Menurut Zahra, seni bela diri ini dapat dimanfaatkan untuk sesuatu yang positif, seperti mencegah muda-mudi tawuran, menghindari terlalu fokus pada permainan gawai, hingga sarana bagi pegiat untuk mendulang prestasi.
Tak sampai di situ, pesilat tingkat wiramadya ini juga menyumbangkan ilmunya di dua sekolah kawasan Citayem, menjadi guru privat hingga tempat pelatihan.
Tentunya kesempatan ini mampu membuktikan seorang Zahra mampu menjadi remaja wanita yang tangguh dan dapat memanfaatkan kesempatan dengan baik.
Selain itu, harapan wanita berusia 17 tahun itu budaya pencak silat Betawi ini akan terus ada dilestarikan anak muda agar tak lekang dimakan zaman.
Untuk para anak muda, dia berpesan sebaiknya manfaatkan waktu dan belajar sedini mungkin agar bisa bermanfaat ke depannya, karena keahlian mampu menjamin pekerjaan kita di masa yang akan datang.
Dukungan pemerintah
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan menyelenggarakan Festival Silat Tradisi Betawi Tahun 2022 di Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi (UPK PBB) Setu Babakan agar atlet silat tradisi di wilayah itu terus berprestasi.
"Kami mewadahi teman-teman atlet silat tradisi yang sudah berlatih untuk menunjukkan potensinya, sehingga diharapkan bisa memunculkan prestasi baru," kata Wali Kota Jakarta Selatan Munjirin saat ditemui di Jakarta, Sabtu.
Munjirin yang juga Ketua Umum Ikatan Pencak Silat (IPSI) Kota Jakarta Selatan mengemukakan, silat terbagi dalam dua kategori, yakni silat tradisi merupakan seni silat yang saat ini ditunjukkan oleh para pesilat.
Sementara silat prestasi mempunyai jenjang tingkat nasional hingga internasional yang akan semakin dilihat potensinya untuk lebih didukung oleh pemerintah.
Kendati demikian, tidak ada batasan antara atlet silat tradisi maupun silat prestasi lantaran semuanya akan berkolaborasi serta dilatih kemampuannya untuk terus memberikan yang terbaik.
Munjirin berharap kegiatan ini bisa menarik anak-anak agar tertarik mengembangkan budaya pencak silat.
Dengan adanya pencak silat sebagai seni bela diri berasal dari Indonesia yang ditetapkan Unesco sebagai warisan budaya tak benda, pihaknya akan terus merangkul para atlet berpotensi untuk mengikuti berbagai lomba.
Munjirin menegaskan, pihaknya berkomitmen untuk terus mendorong kegiatan pencak silat dengan memfasilitasi dan menyempatkan hadir sebagai bentuk dukungan.
Diharapkan anak-anak ini terlatih dan bisa mengikuti kejuaraan IPSI yang kedua di tahun 2023.
Festival Silat Tradisi Betawi Tahun 2022 bertema "Dari Tradisi Menuju Prestasi" merupakan tempat berkumpulnya para pelaku seni pukul Betawi. Festival diikuti 15 sanggar yang diwakili dua atlet tradisi per unitnya untuk menunjukkan kebolehannya.
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) memberikan dukungan kepada para pelaku seni budaya terutama pencak silat Betawi untuk terus berkarya dan berinovasi.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023