Kopenhagen (ANTARA News) - Seorang prajurit Denmark tewas dalam ledakan bom rakitan ketika sedang berpatroli di Afghanistan selatan, demikian diumumkan Kementerian Pertahanan Denmark, Kamis.

"Seorang prajurit Denmark dari Satuan Tugas 7 tewas pada malam antara Rabu dan Kamis di provinsi Helmand, Afghanistan, selama patroli dengan pasukan keamanan Afghanistan," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan dikutip AFP.

Ledakan itu terjadi di daerah barat provinsi tersebut di dekat kota Gereshk.

Seorang juru bicara kementerian itu mengatakan, 43 prajurit Denmark tewas sejak pasukan internasional ditempatkan di Afghanistan pada akhir 2001. Denmark saat ini memiliki sekitar 700 prajurit di negara itu.

Pasukan tempur NATO akan ditarik dari Afghanistan pada akhir 2014. NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.

Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan.

Serangan "orang dalam" oleh aparat keamanan Afghanistan terhadap rekan dan mentor NATO mereka telah menewaskan lebih dari 60 prajurit asing tahun ini, yang secara serius merongrong kepercayaan antara kedua pasukan tersebut.

Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli 2011 dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September 2011.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Jumlah warga sipil yang tewas meningkat secara tetap dalam lima tahun terakhir, dan pada 2011 jumlah kematian sipil mencapai 3.021, menurut data PBB.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

(M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013