sarung dipakai semua kalangan, dari level paling bawah, atas, sampai presiden
Semarang (ANTARA) - Sebanyak 476 peserta mengikuti parade sarung bertajuk "Semarak 476 Sarungku Gayaku" di kawasan Kota Lama Semarang, Jumat sore, sebagai salah satu rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Semarang.

Dengan mengenakan sarung berbagai corak dan model, para peserta parade berlenggak lenggok bak model di atas panggung yang sudah disiapkan di depan Taman Srigunting, Kota Lama Semarang.

Para peserta tidak hanya laki-laki, tetapi juga perempuan dan anak-anak yang tidak hanya mengenakan sarung untuk bawahan, melainkan juga dimanfaatkan untuk berbagai fungsi fesyen, seperti selempang, dan sebagainya.

"Ini sebenarnya satu rangkaian HUT Ke-476 Kota Semarang. Pesertanya ada 476 orang, pas dengan ultah (HUT Kota Semarang)," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di sela parade sarung.

Baca juga: Festival Sarung Indonesia salah satu langkah kembalikan nilai budaya
Baca juga: Dari batik sampai sarung, cara Jokowi angkat gengsi budaya Indonesia


Menurut dia, sarung dipilih sebagai subjek parade karena selama ini sarung sudah begitu membudaya dalam masyarakat, sangat multifungsi dalam fesyen, dan diproduksi oleh kalangan UMKM.

"Sarung juga tidak hanya identik dengan (motif, red.) kotak-kotak seperti ini, tetapi bisa juga bentuk lilin, motif batik, dan sebagainya. Banyak pelaku UMKM yang berusaha," kata Ita, sapaan akrabnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Wing Wiyarso Poespojoedho menambahkan bahwa sarung dipilih untuk diparadekan karena menjadi warisan budaya bangsa yang bersifat tak benda.

"Melalui parade ini, kami coba ingatkan lagi kepada masyarakat bahwa ada warisan budaya berupa sarung. Apalagi, sarung kan sudah mendunia dengan berbagai corak dan warna," katanya.

Dengan parade sarung yang merupakan rangkaian peringatan HUT Ke-476 Kota Semarang, kata dia, sekaligus menunjukkan kepedulian tinggi Pemerintah Kota Semarang terhadap budaya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno mengapresiasi parade sarung tersebut karena selama ini sarung adalah satu bentuk fesyen yang bisa diterima semua kalangan tanpa kecuali.

"Sarung ini luar biasa. Sarung dipakai semua kalangan, dari level paling bawah, atas, sampai presiden. Sarung juga cocok digunakan untuk semua aktivitas. Jadi, bisa diterima semua kalangan," katanya.

Baca juga: Menyejajarkan gaya barat dengan sarung
Baca juga: Peringati Hari Sarung Nasional, sejajarkan sarung dengan fesyen barat
Baca juga: Kemenparekraf sebut Majalaya berpotensi jadi destinasi wisata sarung

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023