Ada keraguan bahwa angka perdagangan yang kuat bulan lalu dapat dipertahankan, dan sejauh ini tampaknya demikian
Singapura (ANTARA) - Dolar merayap lebih tinggi di perdagangan Asia pada Selasa sore, setelah survei menunjukkan kondisi kredit AS kurang suram dari yang diperkirakan, sementara pound sterling melayang di dekat puncak satu tahun di tengah ekspektasi bank sentral Inggris (BoE) akan menaikkan suku bunga minggu ini.

Data menunjukkan impor China berkontraksi tajam pada April dari tahun sebelumnya sementara ekspor tumbuh lebih lambat dibandingkan Maret, berdampak kecil pada mata uang.

Yuan di pasar luar negeri tergelincir 0,1 persen menjadi 6,9282 per dolar AS dan yuan di pasar domestik juga turun sekitar 0,1 persen menjadi 6,9218 per dolar.

"Ada keraguan bahwa angka perdagangan yang kuat bulan lalu dapat dipertahankan, dan sejauh ini tampaknya demikian," kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index.

"Itu bisa menimbulkan kekhawatiran pertumbuhan yang lebih rendah, terutama bila disertai dengan angka PMI (Indeks Manajer Pembelian) yang lebih lemah untuk April."

Bulan lalu, PMI resmi China menunjukkan aktivitas manufaktur secara tak terduga menyusut pada April, sebagai tanda lain dari kesulitan pemulihan ekonomi negara itu setelah COVID.

Dolar Australia naik tipis 0,03 persen menjadi 0,6783 dolar AS, merayap menuju puncak sekitar tiga minggu pada Senin (8/5/2023) di 0,6804 dolar AS.

Kiwi tergelincir 0,08 persen menjadi 0,6340 dolar AS, tetapi tidak jauh dari level tertinggi satu bulan di 0,63585 dolar AS yang dicapai sehari sebelumnya.

Kedua mata uang tersebut sering dianggap sebagai proksi likuid untuk yuan China.

"Ada sedikit pemulihan yang bagus dalam mata uang pro-pertumbuhan, karena pasar telah menjadi sedikit lebih (berpandangan) bahwa ada perlambatan, tetapi belum tentu resesi datang. Dan itu tentu meningkatkan sentimen," kata Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang di National Australia Bank (NAB), dikutip dari Reuters.

Senior Loan Officer Opinion Survey (SLOOS) kuartalan Federal Reserve menunjukkan bahwa sementara kondisi kredit untuk bisnis dan rumah tangga AS terus mengetat pada awal tahun, hal itu kemungkinan disebabkan oleh dampak kenaikan suku bunga Fed yang agresif daripada tekanan sektor perbankan yang parah.

Survei yang diawasi ketat tersebut merupakan salah satu ukuran pertama sentimen pada sektor perbankan sejak kegagalan bank baru-baru ini, yang dipicu oleh keruntuhan Silicon Valley Bank pada Maret.

Dolar AS menggerakkan imbal hasil obligasi pemerintah sedikit lebih tinggi setelah rilis, karena para pedagang mengurangi ekspektasi mereka pada skala penurunan suku bunga Fed yang diperlukan akhir tahun ini untuk mengurangi tekanan pada sektor ini.

Euro turun 0,12 persen menjadi 1,0991 dolar.

Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS stabil di sekitar 101,44, memangkas beberapa kenaikan sebelumnya selama sesi perdagangan pada Selasa.

Indeks tetap tidak jauh dari posisi terendah baru-baru ini, karena para pedagang mengincar puncak suku bunga AS.

"(Survei) tidak seburuk yang diperkirakan. Masih ada pengetatan kondisi kredit yang akan datang... tapi secara keseluruhan, pada tahap ini, survei tersebut tidak menggambarkan krisis kredit yang akan datang. Dan menurut saya itu kabar baik," kata Catril dari NAB.

Yen Jepang naik sekitar 0,15 persen menjadi 134,92 per dolar, dibantu oleh komentar dari gubernur bank sentral Jepang (BoJ) Kazuo Ueda.

Dia mengatakan BoJ akan mengakhiri kebijakan kontrol kurva imbal hasil dan mulai menyusutkan neraca keuangannya setelah prospek meningkatkan inflasi untuk mencapai target bank sentral 2,0 persen secara berkelanjutan.

Di tempat lain, sterling terakhir dibeli 1,2618 dolar, tidak jauh dari puncak satu tahun sesi sebelumnya di 1,2668 dolar, menjelang pertemuan kebijakan bank sentral Kamis (11/5/2023).

Bank sentral Inggris tampaknya akan menaikkan suku bunga menjadi 4,5 persen, karena mencoba untuk melawan inflasi tertinggi dari ekonomi maju besar itu.

"BoE telah menjadi semacam pejalan kaki yang enggan, mereka terus mengatakan bahwa mereka memperkirakan inflasi akan mereda dan bahwa mereka khawatir tentang biaya hidup dan perlambatan ekonomi," kata Catril dari NAB.

"Namun, kenyataannya ekonomi Inggris telah terbukti cukup tangguh tahun ini ... hal yang penting adalah pesan dari apa yang dikatakan bank."

Baca juga: Dolar naik di awal sesi Asia, sterling berada dekat tertinggi 1-tahun
Baca juga: Yuan tergelincir lagi 97 basis poin menjadi 6,9255 terhadap dolar AS
Baca juga: Dolar naik di awal sesi Asia, sterling berada dekat tertinggi 1-tahun

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023