Jakarta (ANTARA) -
Rashif Amila Yaqin, atau akrab disapa Ami, sukses mengatasi berbagai kendala yang ada untuk membawa pulang medali emas dari nomor aquathlon putra SEA Games 2023 Kamboja.
 
Tim triathlon, duathlon, dan aquathlon Indonesia sempat mengalami masalah tidak dapat mengenakan kostum bertanding mereka, sehingga harus mengenakan kostum latihan.

Selain itu, aquathlon diselenggarakan pada situasi panas terik di Kamboja, sedangkan para atlet melakukan pemusatan latihan di Bandung yang suhunya relatif sejuk.
 
"Kalau aku sih enggak (masalah) ya. Kalau aku mau pakai baju yang dipakai latihan sebenarnya juga enggak masalah, cuma memang lumayan banyak hal di balik sana kayak cuaca yang enggak terbiasa juga. Soalnya sempat kemarin pas latihan aja 41 derajat di sana, pas lagi tanding juga sama sih panasnya," kata Ami saat ditemui setelah upacara penjemputan atlet SEA Games di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Selasa.

Baca juga: Sandi sebut taktik dan strategi jadi kunci menangi medali emas karate
 
Ami sukses memboyong medali emas setelah mencatatkan waktu 14 menit 28 detik pada trek yang mewajibkan para peserta berenang sejauh 500 meter dan berlari 2,5 kilometer. Ia unggul cukup jauh atas pesaing terdekatnya, yakni sebesar 34 detik.
 
Atlet yang memiliki dasar sebagai perenang itu memaksimalkan kemampuan berenangnya sebagai bagian dari strategi untuk menjadi pemenang.
 
"Ada strategi yang dikasih pelatih. Strateginya itu awalnya di renang, renangnya itu pemosisiannya harus bagus. Jadi kita harus kalau pun enggak memimpin, tapi setidaknya ada di depan, tapi dengan energi yang enggak begitu banyak dikeluarkan, sekitar 60 sampai 70 persen kekuatannya, lari udah 'all-out' aja," kata Ami yang melakukan debutnya di SEA Games itu.
 
Selain dari nomor aquathlon, Ami pun menyumbangkan medali perak dari nomor triathlon perorangan putra. Maka total pria asal Jawa Barat itu telah menyumbangkan dua medali bagi kontingen Indonesia di SEA Games 2023.
 
Ami kemudian menceritakan alasannya menggeluti olahraga aquathlon, yang menurutnya bukan sekedar adu fisik, namun juga sesuai pengalamannya, lebih kepada adu strategi.

"Pertama, menurut aku menantang.  Kedua, sebenarnya memang capek, tapi kayak seru aja gitu, abis berenang ada sepeda, ada lari.

"Jadi pertandingannya bukan cuma (mengandalkan) kekuatan.  Walaupun olahraga fisik, tapi ada strategi yang harus diatur," pungkas pria 21 tahun itu.

Baca juga: Pengorbanan Aimelis tinggalkan buah hati berbuah manis

Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2023