Tbilisi (ANTARA) - Armenia dan Azerbaijan saling menyalahkan terkait baku tembak pada Kamis di sebuah daerah perbatasan di mana seorang tentara Azerbaijan dikabarkan gugur.

Insiden itu terjadi di tengah intensifnya pembicaraan diplomatik di antara kedua negara Kaukasus Selatan yang berseteru itu, yang bertujuan untuk mencegah mereka terlibat dalam konflik habis-habisan atas wilayah Nagorno-Karabkh yang disengketakan.

Enklave tersebut diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, tetapi sebagian besar penduduknya adalah orang Armenia. Wilayah itu telah menjadi sumber perselisihan selama puluhan tahun.

Bulan lalu, Azerbaijan membangun pos pemeriksaan di awal Koridor Lachin, satu-satunya rute yang menghubungkan Armenia dengan Karabkh. Menurut Armenia, tindakan tersebut adalah pelanggaran besar terhadap perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Rusia pada 2020.

Dalam insiden pada Kamis itu, kedua pihak mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan adalah tindakan membela diri dan saling menyalahkan telah menyerang lebih dulu.

Menurut Azerbaijan, pasukan Armenia telah melakukan "provokasi yang disengaja" dan membunuh seorang tentara Azerbaijan.

Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan empat tentaranya terluka setelah Azerbaijan menembaki posisi mereka di dekat Desa Sotk di perbatasan kedua negara.

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan insiden itu sebagai upaya Azerbaijan untuk menghambat pembicaraan perdamaian di antara kedua pihak.

Kementerian luar negeri kedua negara sebelumnya telah melakukan pertemuan selama empat hari di Washington pada awal Mei yang tidak menghasilkan terobosan.

Pashinyan akan bertemu dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev di Brussel, Belgia, pada 14 Mei dalam pembicaraan yang ditengahi oleh Uni Eropa dan ditujukan untuk meredakan ketegangan.

Insiden terbaru itu juga dipandang sebagai ujian terhadap kemampuan Rusia memengaruhi wilayah Kaukasus Selatan.

Rusia adalah sekutu formal Armenia melalui perjanjian pertahanan diri bersama, tetapi juga ingin menjalin hubungan yang baik dengan Azerbaijan.

Menurut Rusia, perjanjian perdamaian yang ditengahinya pada 2020 untuk mengakhiri perang enam minggu yang menewaskan ribuan orang itu adalah satu-satunya dasar bagi solusi jangka panjang.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov meminta kedua pihak menahan diri dan kontak diplomatik antara Rusia dan kedua negara itu terus berlanjut.

Meski demikian, tidak ada rencana pembicaraan langsung antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Pashinyan dan Aliyev, kata Peskov.

Sumber: Reuters

Baca juga: Azerbaijan sebut normalisasi dengan Armenia jauh dari harapan
Baca juga: Azerbaijan sebut perjanjian perdamaian dengan Armenia tercapai

Penerjemah: Raka Adji
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023