Jakarta (ANTARA) - Salah satu keputusan penting yang dihasilkan Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, yang ditutup 11 Mei 2023 adalah ASEAN menyetujui peta jalan bagi keanggotaan penuh Timor Leste dalam organisasi kawasan ini.

Tahun lalu di Phnom Phen, Kamboja, ASEAN secara prinsipil sudah menyepakati Timor Leste sebagai anggota kesebelas organisasi ini.

Kini, Timor Leste tinggal menantikan tanggal pasti kapan menjadi anggota penuh perkumpulan bangsa-bangsa satu kawasan yang didirikan 56 tahun silam tersebut.

Ada tiga pesan besar di balik upaya Timor Leste menjadi anggota ASEAN, yakni rekonsiliasi, kesetaraan, dan bahwa kerja sama adalah yang utama.

Pesan rekonsiliasi, terutama berkaitan upaya gigih Indonesia dalam merangkul Timor Leste agar masuk ASEAN.

Akan halnya kesetaraan, ini menunjuk kepada pilihan Timor Leste dalam memutuskan diri untuk memilih masuk ASEAN yang tidak mengenal sekat ideologis dan orientasi politik.

Lebih penting lagi dari pesan kesetaraan ASEAN adalah bahwa organisasi ini tidak dibangun atas dasar siapa yang lebih besar dan siapa yang lebih kecil, atau siapa yang lebih kuat dan siapa yang lebih lemah.

Sementara pesan kerja sama merujuk kepada kegandrungan ASEAN dalam meninggikan kerja sama dan dialog yang kebalikan dari kecenderungan di beberapa kawasan di mana aliansi internasional sering dibangun atas dasar siapa yang lebih besar dan lebih kuat, sehingga yang muncul adalah hegemoni dan dominasi.

ASEAN tidak begitu. Sekalipun anggota-anggotanya tidak sama makmur atau tidak sama kuat, tidak ada upaya untuk mendikte yang lain.

Cara Timor Leste dan ASEAN saling mendekatkan diri adalah hal baik yang tidak saja elok bagi kawasan ini, tetapi juga elok untuk disimak oleh kawasan-kawasan lain.

ASEAN juga tidak meminta syarat yang terlalu mengusik sistem internal anggota-anggotanya, seperti terjadi di Eropa ketika Uni Eropa tak akan gampang memberikan keanggotaan jika dianggap tidak memenuhi standar-standar tertentu mereka.

Bosnia Herzegovina, misalnya. Negara yang memerdekakan diri dari Yugoslavia pada 1992 ini mengajukan diri menjadi anggota Uni Eropa pada 15 Februari 2016.

Sampai Oktober 2022, mereka baru dimajukan dalam status "calon anggota", setelah menunggu lama ketika Slovenia dan Kroasia yang sama-sama pecahan Yugoslavia dan memerdekakan diri dalam tahun yang sama dengan Bosnia merdeka, sudah jauh lebih dulu menjadi anggota Uni Eropa.

Turki lebih unik lagi. Negara ini sudah mengajukan diri menjadi anggota blok kawasan itu sejak April 1987 ketika organisasi itu masih bernama Masyarakat Ekonomi Eropa, tapi sampai sekarang masih dalam status menunggu menjadi anggota penuh Uni Eropa.

Salah satu kesamaan antara Bosnia dan Turki adalah mereka sama-sama berpenduduk mayoritas Muslim. Tapi ini bukan berarti menjadi faktor lamanya proses mereka menjadi anggota Uni Eropa.

Sebaliknya, mekanisme yang agak ambigu itu tidak terlihat di ASEAN. Ya memang, ASEAN tidak seintegratif Uni Eropa yang lebih membutuhkan keseragaman dalam hampir semua hal untuk membentuk standar perilaku dan praktik bersama yang membuat organisasi kawasan ini efektif bergerak di semua sektor.

Namun, paling tidak ASEAN memiliki kelebihan dalam kesediaan untuk menerima siapa, seperti dalam bagaimana Timor Leste masuk ASEAN.

Hal pertama adalah pesan rekonsiliasi, khususnya antara Indonesia dan Timor Leste.

Timor Leste ​​​​​​ resmi mengajukan diri menjadi anggota ASEAN pada 2011. Sebelas tahun kemudian disetujui sebagai anggota dalam KTT di Phnom Penh, Kamboja, pada November 2022.


Aktif merangkul

Indonesia menjadi pihak yang paling aktif merangkul Timor Leste ke dalam ASEAN. Sikap Indonesia berbeda, misalnya dengan sikap Rusia terhadap bekas satelit-satelit Uni Soviet semasa Perang Dingin.

Itikad Indonesia pun bukan didasari oleh hubungan bahwa negara satu mendominasi negara lainnya, melainkan oleh keyakinan bahwa kerangka kerja sama yang lebih luas akan lebih efektif menciptakan stabilitas kawasan, sehingga berdampak positif kepada stabilitas di dalam negeri.

Sikap tulus Indonesia dalam merangkul Timor Leste ini diapresiasi tokoh-tokoh negara yang berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur itu, termasuk Ramos Horta yang menjadi salah satu bapak pendiri Timor Leste, selain Xanana Gusmao dan Mari Alkatiri.

Dalam wawancara eksklusif dengan lembaga think-tank Australia, Lowy Institute, pada 20 Oktober 2022, Horta mengaku menaruh respek kepada Indonesia karena walau pernah menentang keras lepasnya Timor Leste yang waktu itu masih bernama Timor Timur, Indonesia kini malah terbuka menerima uluran persahabatan dari Timor Leste.

"Mereka menerima tawaran rekonsiliasi dan persahabatan dari Timor-Leste. Ini menunjukkan kearifan dan kenegarawanan Indonesia," kata Horta dalam wawancara dengan Michael Fullilove dari Lowy Institute tahun lalu itu.

Indonesia pula yang menjadi anggota ASEAN yang paling aktif meyakinkan anggota-anggota ASEAN lainnya agar menerima Timor Leste.

Perilaku ini juga merepresentasikan keyakinan dalam ASEAN bahwa memupuk dan mengutamakan persahabatan, lebih baik ketimbang menuai konflik dan permusuhan, apalagi membentuk hubungan yang ditujukan untuk melanggengkan dominasi yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah.

Pesan lain dari masuknya Timor Leste ke dalam ASEAN adalah tentang kesetaraan.

Bagi Indonesia dan ASEAN, kerja sama tidak bisa dibedakan oleh sistem politik yang berbeda atau oleh identitas nasional yang berbeda, termasuk kelompok mana yang menjadi mayoritas di sebuah negara.

Tak heran, Timor Leste yang mayoritas Katolik malah didorong kuat-kuat agar menjadi anggota ASEAN oleh Indonesia yang berpenduduk mayoritas Islam.

Hal seperti ini agak sulit ditemukan dalam organisasi-organisasi kawasan lain, termasuk Uni Eropa yang sampai kini belum menerima Turki dan Bosnia sebagai anggota penuhnya.

ASEAN juga mengenal sistem keketuaan bergilir yang merupakan bentuk lain dari upaya meninggikan kesetaraan.

Negara dengan penduduk dan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar seperti Indonesia, tidak lebih superior dari Laos yang ber-PDB lebih rendah atau Brunei yang berpenduduk paling sedikit.

Semuanya menyatu seperti batang padi yang sama tinggi yang diikat kuat-kuat seperti dalam lambang ASEAN.

Merapatnya Timor Leste ke ASEAN adalah juga petunjuk mengenai keinginan sebuah negara masuk komunitas kawasan yang lebih memuliakan anggotanya, tapi juga menawarkan peluang-peluang untuk lebih maju.

Timor Leste sendiri sering mengeluhkan pola bagi hasil dalam pengusahaan minyak di Celah Timor yang dianggap lebih menguntungkan Australia. Padahal, minyak Celah Timor adalah andalan ekonomi Timor Leste.

Dengan menjadi anggota ASEAN, Timor Leste paling tidak memperluas pilihan-pilihan dalam sistem hubungan luar negerinya.

Namun, sulit dipungkiri ASEAN menawarkan lingkungan kerja sama yang setara, tetapi aktif saling mendorong agar sama-sama maju.

Itu salah satu kelebihan ASEAN yang sulit dikesampingkan oleh Timor Leste.

 

Copyright © ANTARA 2023