22 lokasi ruas jalan masih tergenang air hingga Sabtu dan belum bisa dilewati kendaraan."
Jakarta (ANTARANews) - Sejumlah wilayah di Jakarta dan sekitarnya, Sabtu, masih digenangi air di antaranya di kawasan Pluit yang mencapai ketinggian dua meter.

Banjir yang parah terjadi di belakang Pluit Village, Jakarta Utara, semakin parah dengan kedalaman hampir dua meter.

Kawasan Pluit lainnya yang kebanjiran tersebut seperti Bandengan dan Teluk Gong. Bahkan, jalan di depan Pluit Junction tidak bisa dilalui kendaraan karena kedalaman genangan air sekitar 50 centimeter.

Demikian pula di kawasan pemukiman Kampung Pulo di Jatinegara Barat, Jakarta Timur, ketinggian air dua meter sehingga warga masih belum bisa pulang ke rumah.

Untuk di Bidara Cina, ketinggian air antara 1,5 hingga dua meter.

Genangan air juga terjadi di sejumlah ruas jalan sehingga belum bisa dilalui oleh kendaraan baik roda empat maupun roda dua.

Aparat Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) mencatat jumlah ruas jalan yang masih terdapat genangan air akibat banjir mencapai 22 lokasi dan belum bisa dilewati kendaraan.

"Sebanyak 22 lokasi ruas jalan masih tergenang air hingga Sabtu dan belum bisa dilewati kendaraan," kata Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi Wahyono.

Wahyono mengatakan ruas jalan tergenang air yang belum dapat dilalui kendaraan tersebar di wilayah Jakarta Pusat sebanyak tiga lokasi, Jakarta Utara dan Jakarta Barat (delapan lokasi), Jakarta Selatan (satu lokasi), dan Jakarta Timur (dua lokasi).

Lokasi genangan air di Jakarta Pusat, yakni sekitar Latuharhari, Jalan Angkasa Underpass Golden Trulli setinggi 50 centimeter dan Jalan Industri (10-15 centimeter).

Jakarta Utara, meliputi wilayah Pluit Putri (satu meter), Pluit Selatan (satu meter), perempatan Atmajaya (satu meter), Tematik (satu meter), Mangga Dua depan Kantor Samsat (10-20 centimeter), terowongan depan WTC (40 centimeter), depan Pengadilan Negeri (40 centimeter), dan Kota sepanjang Kramatjaya (10 centimeter).

Jakarta Barat mencakup Jalan Daan Mogot depan Kantor Samsat, Jalan Tubagus Angke, Jalan Raya Puri Kembangan, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Latumenten, Jalan Panjang Green Garden, Jalan Olimo Asemka, dan depan Kantor Indosiar.

Jakarta Selatan terjadi di Jalan Abdullah Syafei dan Jakarta Timur tersebar di Bidara Cina dan Jatinegara Barat.

Banjir yang menggenangi perumahan Ciledug Indah 1 berangsur surut, karena genangan setinggi pinggang orang dewasa di Jalan KH Hasyim Ashari pun mengering pada Sabtu pagi.

"Banjir di jalan raya sudah surut sejak pukul 02.00 WIB, namun air masih menggenangi rumah warga," kata Ketua RW 06 Perumahan Ciledug Indah 2, Tangerang, Rudi Trianto.

Menurut Rudi, ketinggian air di dalam komplek perumahan Ciledug Indah 1 saat ini setinggi paha orang dewasa, yang sebelumnya mencapai dada orang dewasa.

"Perumahan di bagian belakang sekarang setinggi paha, tapi perumahan di depan sudah mulai kering," katanya.


Perbaikan Tanggul

Proses perbaikan tanggul Banjir Kanal Barat di Latuharhari, Menteng, Jakarta Pusat, yang jebol akibat diterpa banjir besar pada Kamis (17/1) masih berlangsung.

Hingga Sabtu terlihat sebanyak lima eskavator besar dan satu eskavator kecil yang terus mengangkut batu-batu untuk menutup tanggul yang jebol tersebut.

Selain itu, tenaga bantuan juga masih terus dikerahkan untuk mempercepat proses perbaikan tanggul. Tenaga bantuan itu terdiri atas Kopasus, Kostrad, dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Pada Jumat (18/1), Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menargetkan tanggul tersebut dapat diselesaikan pada Jumat malam, namun ternyata tidak terkejar.

Kondisi Pintu Air Karet, Sabtu pagi dalam kondisi kritis atau Siaga I dengan ketinggian 640 centimeter.

Laman Pemprov DKI Jakarta menyebutkan kondisi kritis ketinggian air di Pintu Air Karet tersebut terjadi pada sekitar pukul 09.00 WIB.

Untuk Pintu Air Manggarai masih dalam status Siaga II (rawan) karena sampai dengan pukul 10.17 WIB, tinggi muka airnya 910 centimeter.

Tinggi muka air di Katulampa, Bogor pada pukul 10.00 WIB mencapai 80 centimeter atau dalam status Siaga III dengan kondisi cuaca mendung tipis.

Pintu air Sunter Selatan hingga pukul 09.00 WIB, ketinggian muka air 176 centimeter dengan kondisi cuaca terang, namun statusnya masih Siaga II.

Tinggi muka air di Sunter Utara hingga pukul 09.00 WIB mencapai 127 centimeter dengan kondisi cuaca terang dan statusnya Siaga II.

Tinggi muka air di Angke Hulu jam 09.00 WIB mencapai 270 centimeter dan kondisi cuaca mendung tipis dengan Status Siaga III atau Rawan.


Penyakit Bermunculan

Para pengungsi mulai terserang sejumlah penyakit, sedangkan penyakit yang paling banyak adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

"Di wilayah Jakarta Timur, paling banyak menderita ISPA", kata Koordinator Tim Penanggulangan Bencana Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dr Asturi Putri.

Asturi mengatakan hal itu karena kondisi cuaca yang tidak stabil dan sulitnya air bersih di lokasi bencana.

"Curah hujan yang masih tinggi, air kotor dari luapan sungai, membuat warga mudah terserang ISPA," katanya.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengakui, hal tersebut diketahui dari 938 pasien yang sudah ditangani selama dua hari melalui posko-posko tersebar di Jakarta Timur.

Untuk wilayah lainnya, seperti empat titik posko di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat, PB IDI masih melakukan koordinasi dan menunggu hasil laporan terbaru dari tim tanggap bencana yang bergerak di lapangan.

Di posko pertama di Gereja Koinonia, Matraman, Jakarta, PB IDI menangani sekitar 500 pasien yang kemudian ditambah dengan hasil pemeriksaan pasien di Posko Mesjid Khairul Anam, RW 6, Kampung Melayu dan Posko RW 3 Kampung Pulo.

"Kami juga mewaspadai diare yang bisa lebih membahayakan daripada ISPA, tapi kami mengakui masih terdapat kesulitan air bersih," kata Asturi.

Selain ISPA, Asturi mengatakan penyakit yang juga banyak menyerang warga adalah infeksi jamur kulit, diare, penyakit lambung, sakit kepala, sakit otot, penyakit gigi dan mulut, penyakit pada mata dan telinga, serta penyakit akibat luka benda tajam.

"Warga seringkali tidak mengindahkan kebersihan dan kemananan, sehingga sering terjadi insiden, seperti luka akibat benda tajam, dan itu juga bisa menyebabkan penyakit lainnya," katanya.

PB IDI mengatakan akan terus berupaya mendorong pasokan obat-obatan agar tetap cukup dalam melayani pasien.

Selain itu, kata Asturi, PB IDI juga mengadakan edukasi masyarakat melalui penyuluhan mengenai kebersihan diri dan lingkungan.

"Kami sebenarnya antisipasi seperti untuk diare, kami lakukan penyuluhan bagaimana beraktivitas di tempat pengungsian dan lokasi bencana," kata dia. (I029*A063*D016*S038*T014*S035*R021/M029)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013