New York (ANTARA) - Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), mundur dari level tertinggi lima minggu karena indeks manufaktur Empire State atau negara bagian New York turun tajam pada Mei, di tengan kebuntuan pembicaraan tentang plafon utang AS.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,24 persen menjadi 102,4374 pada akhir perdagangan.

Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi 1,0874 dolar AS dari 1,0854 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2528 dolar AS dari 1,2449 dolar AS pada sesi sebelumnya.

Dolar AS dibeli 136,0770 yen Jepang, lebih tinggi dari 135,6600 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,8949 franc Swiss dari 0,8979 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3469 dolar Kanada dari 1,3561 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,3432 krona Swedia dari 10,3882 krona Swedia.

Federal Reserve New York melaporkan pada Senin (15/5) bahwa indeks manufaktur negara bagian New York turun ke pembacaan negatif 31,8 pada Mei, lebih rendah dari 10,8 pada April. Para ekonom memperkirakan untuk pembacaan negatif 2,0.

"Inflasi tidak akan turun dengan sangat cepat. Dan dalam hal itu, pemotongan suku bunga tidak sesuai dengan skenario itu," kata Raphael Bostic, presiden Federal Reserve Atlanta, pada Senin (15/5).

Terlepas dari komentar Bostic yang relatif hawkish, indeks dolar AS melemah karena "pedagang mengambil keuntungan setelah reli baru-baru ini," kata Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire.

Peningkatan sentimen risiko secara keseluruhan juga membebani dolar AS, menurut Monex USA, penyedia valuta asing, manajemen risiko, dan solusi pembayaran internasional.

Penurunan dolar pada Senin (15/5/2023) terjadi setelah mencapai kinerja mingguan terbaiknya sejak September tahun lalu pada Jumat (12/5).

"Pasar dalam mode konsolidasi dan menunggu sinyal yang lebih jelas dari Washington tentang bagaimana mereka akan mencegah gagal bayar AS," kata Amo Sahota, direktur di perusahaan konsultan valas Klarity FX di San Francisco, seperti dikutip Reuters.

Presiden Joe Biden dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin kongres pada Selasa waktu setempat untuk pembicaraan tatap muka, sehari sebelum dia berangkat ke pertemuan negara-negara Kelompok Tujuh (G7) di Jepang.

Meskipun kedua belah pihak tampaknya tidak mencapai kesepakatan, Gedung Putih tidak mengesampingkan batas pengeluaran tahunan yang menurut Partai Republik harus menyertai setiap peningkatan batas utang negara sebesar 31,4 triliun dolar AS.

Menjelang pertemuan Selasa, Ketua DPR AS Kevin McCarthy memperingatkan pada Senin (15/5) bahwa "tidak ada gerakan" menuju kesepakatan untuk menaikkan plafon utang 31,4 triliun dolar AS dalam pembicaraan dengan Gedung Putih, dan dia memperingatkan bahwa waktu hampir habis untuk mendapatkan kesepakatan melalui Kongres.

Baca juga: Emas hentikan kerugian tiga hari beruntun, karena dolar melemah
Baca juga: Dolar naik ke tertinggi 5 minggu karena khawatir inflasi, lira jatuh
Baca juga: Dolar capai tertinggi 5 minggu di Asia didorong kekhawatiran inflasi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2023