saya pikir setiap pemilu sejauh ini dinamikanya dapat berbeda, dan dampaknya ke setiap sektor juga cukup berbeda
Jakarta (ANTARA) - Kepala Riset DBS Group Maynard Arif mengatakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5 persen secara tahunan pada 2023 atau tetap stabil di tengah kampanye menuju Pemilihan Umum 2024.

“Kita dapat mengatakan bahwa perekonomian Indonesia secara umum tumbuh dengan kecepatan yang lebih stabil dibandingkan beberapa tahun belakangan. Kami masih berpikir bahwa pertumbuhan 5 persen dapat dikelola beberapa tahun ke depan,” kata Maynard dalam media briefing daring diikuti di Jakarta, Selasa.

Pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5 persen pada 2023 melemah dari pertumbuhan ekonomi pada 2022 yang sebesar 5,3 persen.

Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diperkirakan lebih tinggi dari negara lain seperti Malaysia, Thailand dan Singapura yang masing-masing diperkirakan tumbuh 4 persen, 3,4 persen dan 2,2 persen secara tahunan pada 2023.

Sementara itu, menurutnya, pemilu di setiap lima tahun akan memberikan dampak yang berbeda-beda pada sektor perekonomian Indonesia.

Ia mencontohkan, Pemilu 2014 memberikan dampak positif terhadap harga saham sektor konsumsi yang mengalami peningkatan, tetapi Pemilu 2019 justru memberikan dampak sebaliknya.

Baca juga: Ekonom DBS perkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5 persen di 2023

Baca juga: Ekonom DBS: inflasi akan kembali ke bawah 4 persen di semester II 2023


Pada periode pertama pemerintahan Jokowi yang mulai 2014, kinerja sektor infrastruktur turut terangkat, tapi kinerja sektor tersebut tidak meningkat signifikan pada 2019.

“Jadi saya pikir setiap pemilu sejauh ini dinamikanya dapat berbeda, dan dampaknya ke setiap sektor juga cukup berbeda,” katanya.

Namun demikian, ia memastikan bahwa pemilu akan berdampak positif terhadap perekonomian domestik, terutama konsumsi masyarakat yang dapat terkerek lebih tinggi jika pemilu dilakukan untuk memilih salah satu dari tiga kandidat.

“Dari sisi pengeluaran, saya pikir, lebih baik kalau kita memiliki tiga kandidat presiden daripada dua. Ini karena, jika kita lihat uang yang disalurkan pada 2019 dimana kandidat presiden hanya dua, lebih rendah daripada 2014,” katanya.

Baca juga: Ekonom DBS: Konsumsi masyarakat tumbuh 5 persen di kuartal II 2023

Baca juga: Wirausaha sosial Indonesia raih hibah dari DBS Foundation


Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023