Buenos Aires (ANTARA) - Presiden Argentina Alberto Fernandez dan pengunjuk rasa di Buenos Aires menolak Dana Moneter Internasional (IMF) pada Kamis (18/5/2023) di tengah meningkatnya ketegangan dengan pemberi pinjaman ketika negara itu menghadapi inflasi hampir 109 persen dan cadangan dolar berkurang.

Produsen biji-bijian Amerika Selatan itu, yang memiliki sejarah tegang dengan IMF, menyetujui program senilai 57 miliar dolar AS dengan badan yang berbasis di Washington itu pada tahun 2018 di bawah mantan pemimpin konservatif Mauricio Macri untuk mencegah krisis ekonomi. Itu gagal dan digantikan oleh kesepakatan baru senilai 44 miliar dolar AS tahun lalu.

Namun ketegangan meningkat karena kekeringan parah telah merusak ekspor biji-bijian, sumber utama dolar Argentina, memaksa kedua belah pihak kembali ke meja perundingan untuk mengubah kesepakatan. Buenos Aires menginginkan pembayaran yang lebih cepat dan target ekonomi yang lebih longgar.

"Lebih dari utang, itu adalah kejahatan," tulis Presiden Fernandez dalam cuitan pada Kamis (18/5/2023), mengutip laporan auditor pemerintah baru yang menyimpulkan bahwa kesepakatan awal tidak memiliki studi dampak yang diperlukan dan tidak melewati saluran legislatif yang tepat.

Fernandez, yang telah mengkritik kesepakatan awal sebelumnya, menyerukan penyelidikan "dengan segala bobot hukum."

Wakil Presiden Cristina Fernandez de Kirchner yang kuat namun memecah belah, presiden dua masa jabatan sebelumnya, menyebut kesepakatan awal itu "memalukan" dan "penipuan" rakyat Argentina.

Macri dan IMF telah membela kesepakatan awal yang diperlukan untuk memulihkan stabilitas ekonomi Argentina. Kritik terhadap pemerintah saat ini menyalahkan pencetakan uang untuk mendanai pengeluaran negara, yang menurut mereka memicu inflasi dan melemahkan peso.

IMF menolak mengomentari kritik baru dari kesepakatan itu.

Di jalan-jalan Buenos Aires pada Kamis (18/5/2023), ribuan warga Argentina memprotes kondisi ekonomi yang sulit dan IMF, yang banyak disalahkan atas tindakan penghematan yang mempertajam krisis ekonomi terburuk Argentina dalam dua dekade.

"Kekhawatiran kami adalah bahwa IMF akan ikut campur dalam masalah internal Argentina sendiri," kata pengunjuk rasa Norma Morales, membela subsidi pemerintah sebagai hal yang penting terutama dengan tingkat kemiskinan yang meningkat menjadi sekitar 40 persen.

"Banyak pensiunan yang mendapatkan pensiun minimum berada dalam bahaya, begitu pula banyak perempuan dengan tunjangan anak universal – hak agar anak-anak dapat terus belajar dan makan. Kami tidak memiliki dua piring makanan sehari yang dijamin untuk anak-anak di negara kami."


Baca juga: Inflasi Argentina naik hingga 109 persen, lampaui perkiraan
Baca juga: Wakil Menlu Vietnam temui Menlu Argentina
Baca juga: Argentina jinakkan inflasi, naikan suku bunga terbesar sejak 2019

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023