Bantul (ANTARA) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPPA) bersama Pimpinan Pusat Aisyiyah (PPA) menandatangani nota kesepahaman atau MoU tentang sinergit Penguatan Kapasitas Perempuan, Ketahanan Keluarga dan Perlindungan Anak.

Penandatanganan dilakukan oleh Menteri PPPA Bintang Puspayoga dan Ketua Umum PPA Salmah Orbayinah pada acara Puncak Milad ke-106 Aisyiyah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta, Jumat.

"Di Kementerian PPPA sinergi kolaborasi kerja sama sudah kita bangun dengan Aisyiyah, tapi hari ini kita akan kuatkan dengan penandatanganan MoU, tentunya dalam peningkatan kapasitas Perempuan, dan Perlindungan Anak," kata Menteri PPPA.

Sinergi dan kolaborasi dengan Aisyiyah ini karena Menteri PPPA melihat organisasi ini mempunyai kekuatan yang luar biasa, karena tidak hanya ada di Pusat, tidak hanya ada di daerah, tidak hanya ada di kabupaten dan kecamatan bahkan ada di anak ranting sampai di tingkat desa.

Baca juga: 1.000 mahasiswa se-Indonesia ikuti KKN Muhammadiyah-Aisyiyah di Babel

Baca juga: Nasyiatul Aisyiyah minta Polri segera proses oknum peneliti BRIN


Oleh karena itu, Menteri berharap MoU ini dapat mempercepat model penguatan kapasitas perempuan yang dibangkitkan yang nantinya bisa direplikasi oleh Bupati, Walikota, Gubernur di daerah masing-masing, agar di tingkat akar rumput bisa saling sinergi dan kolaborasi.

"Dengan MoU yang kita tandatangani hari ini bisa menjadi pedoman bagi Aisyiyah di semua jajaran untuk bergerak berkolaborasi dengan kami Kementerian PPPA untuk mewujudkan perempuan yang berdaya dari akar rumput," katanya.

Menteri mengatakan, jika melihat sejarah kepemimpinan perempuan, dan keterlibatan perempuan dalam sejarah yang telah lama ada jauh sebelum Indonesia merdeka, sejak awal abad ke-19 beberapa perempuan Indonesia telah tampil dalam membela Tanah Air dan bangsanya.

Namun, kata Menteri PPPA, nilai patriarki yang ada dalam masyarakat membuat keberadaan dan aktivitas para pejuang dan tokoh perempuan termasuk partisipasinya dalam politik sering tidak terdengar atau tidak tercatat, atau bahkan tidak terangkat.

Padahal, kata Menteri, banyak ulama perempuan yang telah berkiprah, berkontribusi dalam peradaban pendidikan dan pemberdayaan melalui kegiatan ibadah, pendidikan agama, pendidikan umum dan menjadi nyai di pesantren-pesantren.

"Saat ini semakin banyak ulama perempuan yang menjadi guru, dosen, peneliti, profesor ketua majelis taklim, pegiat sosial dan banyak lagi karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Demikian juga pemikiran dan pandangan ulama Aisyiyah telah mempengaruhi dan menginspirasi dalam perjuangan mengangkat derajat perempuan," katanya.*

Baca juga: PP 'Aisyiyah terima 3.328 hibah buku dari The Asia Foundation

Baca juga: Ketum: Musywil Muhammadiyah semoga jadi pembawa kemajuan Bumi Papua

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023