Jakarta (ANTARA) - Asrama Haji Sukolilo di Kota Surabaya, dalam beberapa hari terakhir terlihat lebih ramai dibandingkan hari biasanya. Selain banyak jamaah calon haji (JCH) mengikuti manasik, tampak kegiatan pengecatan tembok gedung, pengasapan (fogging) kamar dan ruangan, serta pengecekan kelengkapan kamar-kamar penginapan yang dilakukan oleh puluhan petugas.

Asrama Haji Sukolilo menjadi tempat transit bagi JCH dari berbagai daerah di Jawa Timur serta dari Bali maupun Nusa Tenggara Timur (NTT) yang akan berangkat ke Tanah Suci melalui Embarkasi Surabaya.

Rangkaian pemberangkatan JCH Indonesia untuk musim haji 2023 yang berjumlah sekitar 221 ribu, Selasa (23/5) ini dimulai. JCH Indonesia menurut rencana akan diberangkatkan ke Tanah Suci dalam dua gelombang.

Sesuai jadwal yang dikeluarkan Kementerian Agama (Kemenag), gelombang pertama diberangkatkan 23 Mei 2023 (3 Zulkaidah 1444) hingga 7 Juni 2023 (18 Zulkaidah 1444), sedangkan pemberangkatan JCH gelombang kedua diawali pada 8 Juni 2023 (19 Zulkaidah 1444) hingga 22 Juni 2023 (4 Zulhijah 1444).

Kloter Pertama Embarkasi Surabaya akan memberangkatkan JCH dari Pulau Madura, khususnya JCH dari Bangkalan, serta sebagian dari daerah penyangga, yakni Kota Surabaya.

Pada gelombang pertama, JCH akan mengambil rute Tanah Air-Madinah-Mekkah-Arafah-Muzdalifah-Mekkah-Jeddah, dan setelah usai menjalankan ibadah haji, kembali ke Tanah Air.

Sementara itu, JCH yang berangkat pada gelombang kedua dengan rute Tanah Air-Jeddah-Mekkah-Arafah- Muzddalifah-Mina-Mekkah-Madinah dan kembali ke Tanah Air.

Pada hari ini JCH yang termasuk dalam kelompok terbang (kloter) pertama dari sejumlah embarkasi di Tanah Air, mulai masuk ke asrama haji dan keesokan hari akan diterbangkan ke Madinah, Arab Saudi.

Para tamu Allah tersebut, sebelum diberangkatkan ke Tanah Suci, telah mendapatkan pembekalan terkait dengan pelaksanaan haji (manasik haji), baik oleh jajaran Kemenag maupun oleh Badan Penyelenggara Ibadah Haji (BPIH) untuk yang bergabung dalam wadah ini.


Ramah lansia

Kemenag pada pelaksanaan ibadah haji tahun ini mengangkat tema "Haji Ramah Lansia". Alasannya, pada musim haji tahun 2023 ada sebanyak 67 ribu anggota jamaah atau sekitar 30 persen dari kuota jamaah haji Indonesia berusia lanjut.

Menurut Perpres Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan, lansia adalah seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun ke atas. Hal ini selaras juga dengan batasan World Health Organization (WHO) yang menetapkan lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas.

Sementara terkait dengan pelaksanaan ibadah haji, Pemerintah telah memberikan ruang yang cukup untuk kalangan lansia memperoleh prioritas keberangkatannya ke Tanah Suci, seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Pasal 14 ayat 1 UU Nomor 8 Tahun 2019 menyebutkan bahwa dalam menetapkan kuota haji, Pemerintah memberi prioritas kuota kepada jamaah haji lanjut usia yang berusia paling rendah 65 tahun dengan persentase tertentu.

Kendati musim haji tahun 1444 Hijriah/2023 Masehi ini bertema Haji Ramah Lansia, namun tidak ada kebijakan dari Pemerintah mengenai penggabungan muhrim, seperti pernah ada pada pelaksanaan ibadah haji sebelumnya.

Dengan demikian, tidak ada penggabungan antara orang tua dengan anak, antara istri dengan suami, apabila mendaftar tidak bersamaan, atau salah satu di antaranya tidak masuk porsi keberangkatan tahun ini.

"Begitu juga tidak ada kebijakan untuk pendampingan bagi yang masuk prioritas lansia,” kata Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Husnul Maram, saat ditemui di sela peninjauan Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Minggu (21/5).

Kebijakan tersebut telah dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor 157 Tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis pelaksanaan konfirmasi pelunasan dan pembayaran pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) Reguler Tahun 1444 Hijriah /2023 Masehi.

Berdasarkan surat keputusan tersebut, kuota haji tahun ini diperuntukkan bagi jamaah haji reguler lunas tunda, jamaah haji reguler yang masuk alokasi kuota keberangkatan pada musim haji tahun berjalan, jamaah haji regular prioritas lanjut usia serta jamaah haji reguler cadangan.

Sementara itu, di Jawa Timur yang memiliki kuota sebanyak 35.152 JCH, terdapat 1.758 di antaranya jamaah lansia. Jumlah tersebut termasuk Harun, warga Desa Pangbatok, Kabupaten Pamekasan, Madura, yang tercatat sebagai jamaah calon haji tertua se-Indonesia yang kini berusia 119 tahun.

Oleh karena itu, bimbingan manasik haji yang intens untuk mendukung terciptanya "Haji Ramah Lansia" telah dilakukan. Manasik haji merupakan bimbingan para ulama maupun petugas yang menguasai teori dan praktik menjalankan ibadah haji maupun umrah kepada para calon Tamu Allah (dhuyufurrahman).

JCH Kota Surabaya, misalnya, telah mengikuti manasik haji yang diselenggarakan jajaran Kantor Urusan Agama (KUA) di setiap kecamatan pada 10-15 Mei 2023. Kemudian, dilanjutkan dengan bimbingan manasik haji bersama se-Kota Surabaya pada 16-17 Mei 2023.

Kegiatan manasik haji tersebut tidak termasuk bimbingan yang dilakukan BPIH yang diikuti JCH. Sebagian besar JCH Kota Surabaya tergabung dalam BPIH. Bimbingan manasik haji oleh BPIH, biasanya berlangsung dalam kurun waktu yang lebih panjang, bisa beberapa bulan sebelum keberangkatan.

Materi bimbingan manasik haji tidak sekadar terkait dengan syarat dan rukun ibadah haji maupun umrah, tetapi juga yang berhubungan dengan kesiapan fisik dan mental, mengingat ibadah ini berlangsung cukup panjang bersama jutaan umat dari seluruh dunia.

Dengan tidak adanya kebijakan penggabungan muhrim dan pendampingan bagi yang termasuk prioritas lansia, maka Pemerintah telah menyiagakan petugas yang akan memberikan layanan kepada jamaah, khususnya lansia.

Di setiap kloter ada petugas yang akan mendampingi jamaah. Silahkan menghubungi petugas jika membutuhkan bantuan. Jamaah tidak perlu ragu atau sungkan. karena Pemerintah telah mengupayakan itu.

Dalam setiap kloter, Pemerintah telah menyiagakan tim pendamping yang terdiri dari 1 Tim Pemandu Haji Indonesia (TPIH), 1 dokter dan 2 tenaga medis. Para petugas telah dibekali dengan keterampilan pemahaman mengenai karakter lansia.

Meski di setiap kloter telah disiagakan petugas, diimbau antarjamaah juga bisa saling membantu. Jamaah yang kuat membantu yang lemah, yang muda membantu yang lansia, sehingga semua bisa melaksanakan rangkaian ibadah dengan lancar.

Terkait dengan layanan di Arab Saudi, Pemerintah juga sudah melakukan koordinasi dengan pihak terkait di negara tersebut guna memastikan layanan yang baik terkait akomodasi, transportasi, katering, dan layanan masyair (Arafah-Muzdalifah-Mina).

Dengan pembekalan, bimbingan dan pendampingan petugas, serta penyiapan berbagai kebutuhan selama rangkaian ibadah, diharapkan jamaah haji lansia dari Indonesia bisa menjadi jamaah yang lebih mandiri, mampu melaksanakan ibadah haji tanpa banyak tergantung pihak lain.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023