Jakarta (ANTARA) - Ketua Tim Kerja Sertifikasi dan Pengawasan Sarana Produksi, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Ismayati mengatakan orang lanjut usia (lansia) memiliki potensi besar mengalami luka yang disebabkan oleh tekanan atau luka dekubitus.

"Memang usia lanjut itu memiliki potensi yang besar untuk terjadinya luka dekubitus," ujar Ismiyati di Jakarta, Rabu.

Dia menuturkan timbulnya luka dekubitus pada lansia antara lain disebabkan oleh berkurangnya mobilitas karena usia yang sudah lanjut serta adanya inkontinensia urine atau kondisi tidak mampu menahan buang air kecil.

Ismiyati mengatakan kondisi tersebut menyebabkan kulit menjadi lembab. Apabila kelembaban tersebut terjadi terus menerus maka bisa menimbulkan luka.

Selain itu, lanjut dia, adanya inkontinensia urine bisa menyebabkan timbulnya kotoran yang mengakibatkan efek kontaminasi dari bakteri ke luka terbuka.

Oleh karena itu, Ismiyati mengatakan upaya pencegahan dan penanganan luka dekubitus harus dilakukan demi meningkatkan kualitas hidup dari para lansia.

Baca juga: Riset ungkap popok dewasa dengan pad efektif kurangi iritasi kulit

Merujuk pada hasil riset Kementerian Kesehatan, jumlah kejadian luka dekubitus di Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 33 persen. Dari rasio tersebut, 40 persen diantaranya dinyatakan bahwa kasus terkena luka dekubitus terjadi saat berada di rumah.

Sementara itu, Anggota Bidang Organisasi dan Kaderasisasi Dewan Perwakilan Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia DKI Jakarta Harwina Widya Astuti mengatakan timbulnya luka dekubitus disebabkan oleh sejumlah faktor, salah satunya penyakit kronis.

Adanya penyakit kronis membuat penderitanya harus tirah baring atau beristirahat dengan berbaring dalam waktu yang lama. Hal tersebut membuat sirkulasi tubuh menjadi tidak lancar sehingga pada bagian tubuh yang tertekan bisa menimbulkan luka.

Faktor lainnya bisa disebabkan oleh usia. Dengan bertambahnya usia, proses regenerasi sel pada tubuh akan melambat. Hal ini akan berpengaruh terhadap kulit yang akan lebih mudah mengalami luka.

Selain itu, kata dia, faktor lingkungan juga berpengaruh. Kondisi lingkungan yang terlalu lembab atau terlalu kering bisa menimbulkan iritasi pada kulit.

"Kemudian dari faktor keluarga. Keluarga sangat berkontribusi terhadap bagaimana menjaga kesehatan dari anggota keluarganya. Anggota keluarga yang mengalami tirah baring lama tentunya perlu ada perawatan yang dilakukan oleh keluarga, dalam hal ini penting juga untuk selalu memantau kondisi kulit terutama untuk area yang mengalami tekanan lebih besar pada kondisi tirah baring," ucap Harwina.

Baca juga: Wapres: Petugas haji harus betul-betul layani jamaah lansia

Baca juga: Lansia sangat dianjurkan vaksin meningitis sebelum umrah

Baca juga: Mewujudkan Haji Ramah Lansia 2023

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023