Waingapu, NTT (ANTARA) - Bupati Sumba Timur Khristofel Praing mengatakan wilayahnya membutuhkan lebih banyak penyuluh atau guru untuk mengajarkan kepercayaan Marapu kepada siswa penghayat kepercayaan di sekolah.
 

"Harus ada formasinya untuk memastikan bahwa saudara-saudara kita penghayat aliran kepercayaan Marapu, memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kita yang lain,” kata Khristofel ketika berkunjung ke Kampung Raja Prailiu, Sumba Timur, NTT, Kamis.
 

Khristofel menuturkan bila menilik ke belakang, Marapu sudah hadir di dalam masyarakat Sumba jauh sebelum Indonesia merdeka ataupun agama lainnya masuk ke dalam negeri. Saat ini pun, negara juga sudah mengakui eksistensi Marapu sebagai salah satu kepercayaan asli bangsa Indonesia.
 

Hanya saja dalam perjalanannya, kepercayaan Marapu mengalami sejumlah kendala. Dimana salah satunya berkaitan dengan pendidikan anak-anak penghayat Marapu yang masih banyak duduk di bangku sekolah, yang membutuhkan lebih banyak penyuluh kepercayaan atau guru untuk membimbing mereka.
 

Data milik Kemendikbudristek pun, sudah ada enam sekolah yakni dua SD dan empat SMA, yang memfasilitasi siswa belajar Marapu. Namun dengan jumlah siswa yang amat banyak, wadah tersebut dinilai perlu lebih ditingkatkan.

Baca juga: Pembinaan penghayat kepercayaan di Sumba Timur dijadikan contoh baik

Baca juga: Kemendikbud fasilitasi pendidikan kepercayaan Marapu di Sumba Timur
 

Oleh karenanya, guna mewujudkan kesetaraan dan keberlanjutan kepercayaan Marapu, ia menyarankan pemerintah untuk membuka formasi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) bagi guru-guru yang mendalami kepercayaan Marapu agar legalitasnya semakin diakui.
 

Sebab, pemerintah daerah setempat tidak bisa terus menerus bergantung pada para penyuluh penghayat kepercayaan Marapu, yang tidak mempunyai ikatan dalam bentuk riil dengan pemerintah ataupun sekolah tempat mereka mengajar. Hal tersebut juga berkaitan erat dengan insentif yang diberikan dan keberlanjutan nasib karir para penyuluh di masa depan.

"Ini juga akan memastikan proses pembelajaran di kelas berjalan dengan berkesinambungan,” ucapnya.

Sebagai informasi, Marapu adalah sebuah kepercayaan yang berkembang di Pulau Sumba, termasuk Sumba Timur, yang menyembah Tuhan melalui perantara ruh nenek moyang atau leluhur. Pada intinya, penghayat Marapu juga menyembah Tuhan yang Maha Esa, bukan dewa, arwah, atau benda-benda.

Tetapi, proses penyembahan dan pengagungan dari manusia kepada Tuhan tidak dilakukan secara langsung dan harus melalui perantara Marapu, yaitu para leluhur yang telah meninggalkan dunia material dan diyakini masih hidup di alam spiritual, juga Marapu yang merupakan roh makhluk lainnya. Penghayat kepercayaan Marapu menilai baik Tuhan, manusia, alam semesta, dan Marapu saling terhubung satu sama lain.

Baca juga: Kemendikbud adakan pendataan ekosistem tenun di Sumba Timur

Baca juga: Kemendikbud: Pendampingan masyarakat adat butuh bantuan lintas K/L

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023