Pergerakan mata uang baru-baru ini terutama didorong oleh repricing tajam kebijakan FOMC.
Singapura (ANTARA) - Dolar menguat dekati level tertinggi dua bulan terhadap mata uang utama lainnya di awal sesi Asia pada Jumat pagi, dan menuju kenaikan mingguan ketiga di tengah ekspektasi bahwa suku bunga AS dapat tetap lebih tinggi lebih lama dari perkiraan semula.

Kegelisahan atas negosiasi plafon utang antara Presiden AS Joe Biden dan anggota kongres utama dari Partai Republik Kevin McCarthy juga terus membayangi sentimen pasar, dengan hanya seminggu sebelum apa yang disebut "tanggal-X" pada 1 Juni, ketika pemerintah akan tidak dapat menutupi kewajibannya.

Greenback naik di awal perdagangan Asia dan duduk di 139,82 yen, setelah memuncak di 140,23 yen di sesi sebelumnya, tertinggi sejak November.

Baca juga: Dolar menguat didorong kekhawatiran risiko gagal bayar AS, data kuat

Indeks dolar AS turun tipis 0,05 persen menjadi 104,18, sedikit di bawah tertinggi dua bulan pada Kamis (25/5/2023) di 104,31.

Indeks naik 1,0 persen untuk minggu ini, menuju kenaikan mingguan ketiga, karena para pedagang meningkatkan ekspektasi mereka tentang seberapa jauh suku bunga bisa naik di Amerika Serikat.

"Pergerakan mata uang baru-baru ini terutama didorong oleh repricing tajam kebijakan FOMC," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia (CBA).

Pasar uang sekarang memperkirakan peluang sekitar 52 persen bahwa Federal Reserve akan memberikan kenaikan suku bunga 25 basis poin lagi pada pertemuan kebijakan bulan depan, dibandingkan dengan peluang 36 persen seminggu yang lalu, menurut alat CME FedWatch.

Ekspektasi bahwa Fed akan mulai memangkas suku bunga tahun ini juga telah berkurang.

Data yang dirilis pada Kamis (25/5/2023) menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat secara moderat minggu lalu menjadi 229.000, lebih rendah dari ekspektasi.

Baca juga: Ketidakpastian perihal "debt ceiling" di AS menguntungkan dolar AS

Pound Inggris dan euro berjuang melawan dolar yang lebih kuat, dengan sterling naik 0,04 persen menjadi 1,2326 dolar, meskipun masih menuju kerugian mingguan sekitar 1,0 persen.

Euro sedikit berubah pada 1,0724 dolar, melemah di dekat level terendah dua bulan di sesi sebelumnya. Mata uang tunggal juga terbebani oleh konfirmasi bahwa ekonomi terbesar Eropa Jerman memasuki resesi pada awal 2023.

Dolar AS juga telah menarik beberapa dukungan dari kegelisahan yang tersisa atas negosiasi plafon utang.

Presiden Biden dan Ketua DPR McCarthy pada Kamis (25/5/2023) tampaknya mendekati kesepakatan, yang menurut seorang pejabat AS akan menaikkan plafon utang selama dua tahun sambil membatasi pengeluaran untuk sebagian besar barang selain militer dan veteran.

"Meskipun kemungkinan gagal bayar teknis sangat rendah, tampaknya secara material lebih tinggi daripada kebuntuan plafon utang sebelumnya karena lanskap politik saat ini," kata Jake Jolly, kepala analisis investasi BNY Mellon Investment Management.

"Politik nyerempet bahaya menambah ketidakpastian jangka pendek."

Dolar Australia merosot ke level terendah lebih dari enam bulan di 0,6490 dolar AS, lebih lanjut ditekan oleh pemulihan ekonomi China pasca-COVID yang goyah.

"Data dalam waktu dekat untuk China akan tetap sangat lemah dan terus menunjukkan pemulihan konsumsi yang lemah," kata Kong dari CBA. "Itu akan menjadi beban lain bagi dolar Australia."

Baca juga: Dolar naik di Asia, pengawasan Fitch tingkatkan kegelisahn pagu utang

Dolar Australia sering digunakan sebagai proksi likuid untuk yuan China.

Kiwi naik 0,11 persen menjadi 0,6068 dolar AS, meskipun menuju kerugian mingguan lebih dari 3,0 persen, terbesar sejak September, setelah bank sentral Selandia Baru awal pekan ini mengejutkan pasar dengan mengisyaratkan pengetatan telah selesai.

Bank sentral Selandia Baru elah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakannya ke level tertinggi dalam lebih dari 14 tahun di 5,5 persen.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023