Jakarta (ANTARA) - Praktisi kesehatan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik dr Hardi Soedjana menjelaskan perbedaan bedah plastik estetik dan bedah plastik rekonstruksi pembentukan bagian tubuh.  

"Bedah plastik estetik itu untuk yang fisik sebelumnya normal kemudian ingin diperbagus, sedangkan bedah plastik rekonstruksi tujuannya untuk membentuk fisik yang tadinya tidak normal menjadi normal kembali atau setidaknya mendekati," katanya dalam acara diskusi mengenai risiko dan keamanan dalam bedah plastik estetik yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
 
Hardi mengatakan bedah plastik estetik dilakukan kepada orang yang ingin memiliki bentuk fisik tertentu seperti hidung mancung, bibir berbentuk seperti huruf M, dan lain sebagainya.
 
Sedangkan, sambungnya, bedah plastik rekonstruksi bisa dilakukan kepada orang yang memiliki ketidaknormalan bentuk fisik baik yang diakibatkan oleh kecelakaan, ataupun yang bawaan seperti bibir sumbing.
 
Meskipun sama dalam hal bedah plastiknya, Dia melanjutkan, tidak sembarang dokter dapat melakukan bedah plastik estetik karena diperlukan pengalaman bertahun-tahun untuk dapat melakukannya dengan baik.
 
"Dalam bedah plastik estetik, dokter memiliki kemampuan khusus untuk menyembunyikan luka, dengan metode tertentu yang diperoleh dengan pengalaman yang tidak singkat," ungkapnya.
 
Dia menyarankan kepada calon pasien agar teliti dalam memilih dokter dan klinik sebelum melakukan operasi agar hasil yang didapatkan lebih maksimal.
 
Dia juga mengatakan seluruh dokter yang hendak melakukan operasi bedah plastik baik estetik ataupun rekonstruksi wajib memberi pemahaman kepada calon pasien tentang prosedur yang akan dilakukan serta risiko apapun yang akan diterima meskipun hanya sebesar nol koma sekian persen.
 
Selain itu, sambungnya, tidak seluruh calon pasien dapat menjalani operasi bedah plastik karena seluruh pasien harus memenuhi standar agar dapat dioperasi.
 
Dia menjelaskan seluruh calon pasien harus terlebih dahulu diperiksa kelenturan kulit, ketebalan, hingga penyakit yang berkaitan dengan bagian tubuh yang hendak dioperasi.
 
"Juga diperiksa penyakit bawaannya, apakah memiliki hemofilia, darah tidak dapat membeku, atau diabetes sehingga tidak menimbulkan penyakit pascaoperasi," imbuhnya.
 
Dia mengimbau kepada seluruh masyarakat yang hendak melakukan operasi agar berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan operasi bedah plastik untuk menghindari risiko terburuk pascaoperasi.


Baca juga: Spesialis bedah plastik : pemberian odol perburuk nyeri luka bakar

Baca juga: Dokter Siloam Hospitals beri edukasi estetika klinis bedah plastik


Baca juga: Organisasi Bedah Plastik Estetik Internasional Rilis Data Statistik Global Prosedur Kosmetik
 
 

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023