Dunia akan semakin mengalami perubahan besar, khususnya terhadap kehidupan sosial dan ekonomi digital
Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyebut Alumni Connect yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia merupakan wadah diskusi isu penting, khususnya seputar penguatan ketahanan perekonomian nasional melalui pariwisata, ekonomi kreatif, dan inovasi teknologi.

Menurut Bamsoet, sapaan Bambang Soesatyo, sektor pariwisata merupakan salah satu sumber utama penyumbang pendapatan devisa negara. Dia mengatakan pada 2015-2019, pendapatan devisa negara dari sektor pariwisata terus meningkat, yakni dari 10,8 miliar dolar AS menjadi 17,76 miliar dolar AS.

"Setelah pandemi COVID-19 merontokkan capaian devisa pada titik terendah hanya sebesar 0,49 miliar dolar AS, sektor pariwisata kembali bangkit dengan sumbangan devisa sebesar 4,26 miliar dolar AS atau naik hingga lebih dari 769 persen pada tahun 2022, dan diproyeksikan kembali naik menjadi 5,95 miliar dolar AS pada tahun 2023," ujarnya dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Jumat.

Selain pariwisata, pertumbuhan ekonomi digital juga diyakini Bamsoet memiliki kontribusi pada negara. Menurutnya, ekonomi digital Indonesia pada tahun 2022 tercatat mencapai 77 miliar dolar AS atau setara 40 persen dari total pangsa pasar digital ASEAN, sekaligus menjadi yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

Baca juga: Menpora Dito sebut Alumni Connect jadi momentum saling mengenal

Baca juga: Menpora Dito hadiri Alumni Connect PPI Dunia


"Dunia akan semakin mengalami perubahan besar, khususnya terhadap kehidupan sosial dan ekonomi digital. Terlebih dengan booming teknologi baru seperti metaverse, web 3, cryptocurrency, NFT, blockchain, dan artificial intelligence," jelas Bamsoet.

Sebagai gambaran, lanjut dia, volume penjualan NFT di dunia sudah menembus 24,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp357 triliun pada. Sementara itu, nilai aset kripto dunia sudah mencapai 3 triliun dolar AS.

Di sisi lain, Bamsoet tak menampik tantangan dan persoalan yang harus dihadapi ke depan, yakni mengenai perekonomian global.

Bamsoet menjelaskan, Forum Ekonomi Dunia tahun 2023 memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan mengalami perlambatan pada tingkat 1,7 persen. Perlambatan ekonomi dunia diperkirakan dialami oleh 95 persen dari negara maju dan 70 persen di negara berkembang.

"Kondisi ini diperburuk oleh kondisi geopolitik global yang diwarnai konflik dan ketegangan politik. Antara lain perang Rusia-Ukraina, eskalasi ketegangan China-Taiwan, potensi konflik di semenanjung Korea, memburuk-nya hubungan Turki dan Yunani, serta ketegangan di kawasan Laut China Selatan," tutur dia lebih lanjut.

Hal tersebut disampaikan Bamsoet saat menyampaikan public lecture dalam acara Sarasehan Alumni Connect PPI Dunia, di Menara BNI, Jakarta, Jumat.

Baca juga: Menpora dukung penuh Konferensi Alumni Connect PPI Dunia 2023

Dalam agenda itu, dia menambahkan, PPI Dunia harus bisa memanfaatkan bonus demografi yang sedang dicapai Indonesia agar bisa membawa keuntungan bagi pembangunan nasional.

Bamsoet juga mengingatkan, jangan sampai bonus demografi justru menjadi bencana akibat ketidakmampuan mengelola sumber daya para pemuda.

"Titik puncak fase bonus demografi Indonesia diperkirakan terjadi hingga tahun 2030, dimana jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 285 juta hingga 300 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen nya, atau sekitar 199,5 juta hingga 210 juta jiwa adalah kelompok usia produktif usia 15-44 tahun," ujarnya.

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023