Indeks dolar, yang mengukur 'greenback' terhadap 6 mata uang utama lainnya, turun 0,04 persen menjadi 104,2036 pada akhir perdagangan
New York (ANTARA) - Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena investor optimistis terhadap prospek pembicaraan plafon utang AS namun bersiap untuk kenaikan mingguan ketiga berturut-turut pasar ditopang suku bunga lebih tinggi untuk jangka lebih lama.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,04 persen menjadi 104,2036 pada akhir perdagangan.

Kemajuan dalam pembicaraan antara Presiden Joe Biden dan anggota kongres utama Republik Kevin McCarthy membantu meredakan kegelisahan investor, tetapi keraguan tetap ada tentang kapan kedua belah pihak akan mencapai kesepakatan.

Biden dan McCarthy mendekati kesepakatan akan menaikkan plafon utang pemerintah sebesar 31,4 triliun dolar AS selama dua tahun sambil membatasi pengeluaran untuk sebagian besar barang, kata seorang pejabat AS seperti dikutip Reuters menjelang liburan panjang akhir pekan di AS, memperingatkan bahwa "masalah utama" tetap ada.

Ketua DPR AS Kevin McCarthy mengatakan Kamis (25/5/2023) malam, "Kami telah berbicara dengan Gedung Putih sepanjang hari, kami bolak-balik, dan itu tidak mudah. Butuh beberapa saat untuk mewujudkannya, dan kami bekerja keras untuk membuatnya terjadi".

Baca juga: Dolar melemah di Asia, tapi masih incar kenaikan mingguan ketiga

Presiden AS Joe Biden juga mengatakan Kamis (25/5/2023) sore bahwa negosiator "membuat kemajuan".

"Berita utama pagi ini menunjukkan bahwa setelah berbagai pertemuan, kesenjangan antara Gedung Putih dan mayoritas DPR menyempit ketika sampai pada kesepakatan. Tentu saja, ini menghilangkan beberapa kekuatan yang telah diandalkan dolar sepanjang Mei," kata sebuah catatan oleh Monex USA, penyedia valuta asing, manajemen risiko dan solusi pembayaran internasional.

Sementara itu, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang mengukur berbagai barang dan jasa dan menyesuaikan dengan perubahan perilaku konsumen, naik 0,4 persen bulan ke bulan pada April, lebih tinggi dari 0,3 persen dari konsensus perkiraan dan 0,1 persen dari ekspansi pada Maret, menurut data yang dikeluarkan oleh Biro Analisis Ekonomi AS pada Jumat (26/5/2026).

"Bukan itu yang ingin dilihat The Fed," kata Andrew Patterson, ekonom internasional senior di Vanguard. "Peningkatan jasa-jasa ... bukanlah kabar baik bagi The Fed dalam hal membawa inflasi kembali ke target".

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0730 dolar AS dari 1,0722 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2350 dolar AS dari 1,2318 dolar AS pada sesi sebelumnya.

Dolar AS dibeli 140,6220 yen Jepang, lebih tinggi dari 139,9710 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9047 franc Swiss dari 0,9063 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3615 dolar Kanada dari 1,3638 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,8130 krona Swedia dari 10,8328 krona Swedia.

Baca juga: Dolar AS menguat di awal sesi Asia, incar kenaikan mingguan ketiga

Baca juga: Dolar menguat didorong kekhawatiran risiko gagal bayar AS, data kuat

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023