remaja pun mulai terdeteksi pre DM
Yogyakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Hari Kusnanto Josef menyebutkan penyakit diabetes mellitus (DM) semakin menyerang masyarakat berusia muda.

"Usia mulainya terdiagnosis DM semakin muda, bahkan remaja pun mulai terdeteksi pre DM," kata Hari dalam keterangan tertulis Humas UGM di Yogyakarta, Sabtu.

Data Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Yogyakarta menyatakan penderita DM merupakan yang tertinggi, dan telah merambah ke usia muda.

Sementara, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 28,57 juta penderita pada tahun 2045.

Menurut dia, jumlah penyandang DM terus meningkat, meskipun sebenarnya angka tersebut masih merupakan fenomena gunung es.

Hari yang juga ahli kedokteran layanan primer ini menyebut banyak individu yang sudah menderita DM, namun belum menyadari kalau menyandang DM.

Baca juga: Konsumsi vitamin K dapat cegah risiko penyakit diabetes
Baca juga: Vitamin K bantu cegah diabetes


Menurut dia, terdapat banyak faktor yang berkontribusi pada terjadinya DM seperti kegemukan (obesitas), pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik dan perilaku sedentari, stres, serta pola tidur yang tidak sehat.

"Kegemukan sebagai faktor risiko DM semestinya tidak hanya diukur dari indeks masa tubuh (IMT), namun akan lebih pas jika diukur dengan lingkar perut," kata dia

Masyarakat yang sehat maupun penyandang DM, kata dia, perlu bergerak bersama melakukan pencegahan dan pengelolaan DM melalui DIABETES (DIet seimbang, Aktifkan gerakan badan, Bebas asap rokok dan narkoba, Enyahkan stress, Tidur nyaman, Evaluasi gula darah, dan Selalu berinteraksi positif).

Dengan demikian, menurut dia, diharapkan bahwa yang sehat tetap sehat dan yang sudah terlanjur menyandang DM tetap terkendali, tidak semakin parah dan tidak terjadi komplikasi.

Baca juga: Identifikasi NP mudah tapi banyak pasien diabetes tak didiagnosis
Baca juga: Gula darah tinggi berisiko menurunkan kemampuan otak penderita stroke


Sementara Dosen Ilmu penyakit Dalam FKKMK UGM dr Vina Yanti Susanti menambahkan bahwa terdapat faktor risiko DM yang bisa diubah dan ada faktor risiko DM yang tidak bisa diubah.

Usia lebih dari 40 tahun, memiliki riwayat keluarga penyandang DM, kehamilan dengan riwayat DM, ibu dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg, serta bayi dengan berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, kata dia, merupakan faktor risiko DM yang tidak dapat diubah.

"Pencegahan dan skrining yang dilakukan secara dini serta penerapan perilaku hidup sehat semestinya dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat agar meminimalkan dampak buruk dari DM," ujar Vina.

Baca juga: Alasan soda diet berbahaya untuk turunkan berat badan
Baca juga: Waspadai penyempitan pembuluh darah arteri pada pasien diabetes
Baca juga: Dokter sebut gangguan mata pada pengidap diabetes akibatkan kebutaan

 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023