Ada kekhawatiran kebangkitan ekonomi China bisa begitu kuat sehingga akan mempersulit perjuangan bank sentral ekonomi maju melawan inflasi
Singapura (ANTARA) - Pasar saham Asia terhuyung-huyung menuju kerugian bulan kedua pada Rabu, sementara yuan mencapai level terendah enam bulan, karena angka aktivitas pabrik China yang lemah menawarkan bukti terbaru bahwa pemulihan di ekonomi terbesar kedua dunia itu goyah.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 1,2 persen dan jatuh 2,5 persen sejauh bulan ini di mana harapan kebangkitan China yang akan mendorong pertumbuhan global telah mengering.

Data menunjukkan PMI aktivitas manufaktur China turun menjadi 48,2 untuk Mei, berkontraksi bahkan lebih cepat dari yang diharapkan. Pertumbuhan jasa-jasa melambat ke laju paling lambat dalam empat bulan.

Yuan turun 0,3 persen menjadi 7,1090 per dolar setelah itu - level yang tidak terlihat sejak negara itu berada di bawah pembatasan kesehatan masyarakat yang ketat pada November tahun lalu.

Mata uang China turun lebih dari 2,6 persen sejauh bulan ini karena indikator dari output hingga laba industri, penjualan ritel, dan pertumbuhan pinjaman meleset dari perkiraan.

"Ada kekhawatiran kebangkitan ekonomi China bisa begitu kuat sehingga akan mempersulit perjuangan bank sentral ekonomi maju melawan inflasi," kata Carol Kong, ekonom dan ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia, dikutip dari Reuters.

"Maju cepat ke hari ini, harapan itu terlihat salah tempat."

Kekecewaan telah menyebar ke aset sensitif China lainnya. Dolar Australia mencapai level terendah tujuh bulan di 0,6489 dolar AS dan turun empat bulan berturut-turut.

Saham Aussie mengincar hari terburuk sejak Maret dengan indeks acuan S&p/ASX 200 berakhir merosot 1,64 persen dan penurunan bulanan sebesar 2,7 persen. Reli yang dipimpin pariwisata untuk baht dan indeks saham Thailand juga gagal.

Di China, indeks saham unggulan CSI300 ditutup turun 1,02 persen ke level terendah 2023 dan obligasi pemerintah menguat. Indeks Hang Seng Hong Kong berakhir turun 1,94 persen dan menempatkan indeks lebih dari 20 persen di bawah puncak Januari yang disentuh ketika harapan reli pembukaan kembali tinggi.

Bahkan saham di pasar paling cerah di Asia, Jepang, mengalami penurunan pada Rabu. Indeks Nikkei berakhir turun 1,41 persen, meskipun itu membatasi kenaikan bulanan 6,8 persen yang mendorong indeks di atas 30.000 ke level tertinggi dalam lebih dari 30 tahun.

Di tempat lain, inflasi dan plafon utang AS menjadi fokus.

Angka inflasi Jerman akan dirilis pada Rabu dan diperkirakan akan menunjukkan moderasi yang cukup tajam. Sementara sinyal dari Asia kurang memberikan harapan.

Data dari Australia menunjukkan kenaikan harga konsumen yang tidak terduga dan datang dengan peringatan dari kepala bank sentral tentang rasa sakit di depan - mendorong pedagang untuk mendorong kemungkinan kenaikan suku bunga lagi minggu depan.

"Mungkin sulit untuk menyangkal kemungkinan bahwa kita sudah berada dalam normal baru," kata Gubernur bank sentral Jepang (BOJ) Kazuo Ueda pada Rabu, di mana suku bunga dan inflasi tidak kembali ke level rendah di masa lalu.

Kesepakatan untuk menangguhkan batas utang AS dan menghindari gagal bayar disetujui oleh komite Dewan Perwakilan Rakyat semalam dan ditetapkan untuk debat dan pengesahan pada Rabu, yang akan mengirimkannya ke Senat di mana debat dapat berlanjut hingga akhir pekan.

Obligasi pemerintah AS menguat setelah kesepakatan awal tercapai, dengan harapan gagal bayart AS akan dihindari, tetapi pasar tetap gelisah karena setelah diberi wewenang untuk meminjam, Departemen Keuangan kemungkinan akan mengeluarkan banyak utang untuk mengisi pundi-pundinya.

Imbal hasil obligasi 10-tahun turun 12,4 basis poin semalam dan turun 3 basis poin lagi pada Rabu di perdagangan Asia menjadi 3,6675 persen. Imbal hasil turun ketika harga obligasi naik. Imbal hasil dua tahun turun 3,5 basis poin menjadi 4,4379 persen pada Rabu.

Dolar telah meningkat untuk mengantisipasi bahwa imbal hasil akhirnya naik lagi dan karena data AS lebih kuat daripada di Eropa. Bulan ini euro turun hampir 3,0 persen terhadap greenback menjadi 1,0686 dolar dan yen turun sekitar 2,3 persen menjadi 139,51 per dolar.

Baca juga: Saham Asia merosot, investor pertanyakan imbas kesepakatan utang AS
Baca juga: Saham Asia sebagian besar dibuka menguat karena kesepakatan utang AS
Baca juga: Dolar Australia dan yuan turun setelah data China lemah, yen melonjak

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023