Jakarta (ANTARA) - Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)  ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah berlangsung pada 9-11 Mei 2023.  Kegiatan tersebut  merupakan momentum awal untuk memperkuat perekonomian kawasan Asia Tenggara.

Selama berlangsungnya KTT ASEAN, para pemimpin negara membawa berbagai isu yang dibahas di setiap pertemuan. Isu itu di antaranya tentang keanggotaan penuh Timor Leste, penanggulangan perdagangan orang, perlindungan terhadap pekerja migran, ekosistem kendaraan listrik serta konektivitas pembayaran di kawasan.

KTT ASEAN di bawa Ketetuaan Indonesia juga menjadi ajang untuk menunjukkan kekuatan negara-negara kawasan sebagai motor pertumbuhan ekonomi dunia. ASEAN memiliki modal besar untuk itu, sebab pertumbuhan ekonominya berada di atas rata-rata dunia. Selain itu, pangsa pasar yang besar sekitar 600 juta jiwa, atau memiliki nilai pasar sebanyak 2,3 triliun dolar AS.

Tak hanya itu, pertumbuhan ekonomi ASEAN yang stabil mampu mendorong terciptanya integrasi ekonomi melalui berbagai inisiatif yang berada di bawah cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025.

Keberhasilan penyelenggaraan KTT juga menjadi landasan untuk menyatukan visi dan mendorong berbagai inisiatif lain guna meningkatkan perdagangan intra-ASEAN yang masih relatif stagnan pada angka sekitar 22 persen. Kesuksesan penyelenggaraan KTT  tentu perlu langkah lanjutan untuk menggenjot perdagangan ASEAN dan Indonesia. 

Inisiatif perdagangan

 Pada KTT ASEAN, selain ada acara utama terdapat program sampingan atau side event yang juga diselenggarakan,  utamanya terkait dengan perdagangan. Di bawah Ketetuaan Indonesia ini, berbagai inisiatif dihadirkan guna memperkuat kemitraan perdagangan dengan negara-negara Asia Tenggara.

Menteri Perdagangan (Mendag) Republik Indonesia Zulkifli Hasan mengatakan, para menteri ekonomi negara Asia Tenggara yang tergabung dalam 29th ASEAN Economic Ministers (AEM) Retreat 2023 telah sepakat untuk mengesahkan tujuh capaian prioritas ekonomi kawasan.

Tujuh prioritas tersebut berupa kerangka kerja sama fasilitasi perdagangan jasa di ASEAN, penandatanganan protokol kedua ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA), pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP) di Sekretariat ASEAN, Jakarta, inisiatif industri berbasis proyek, implementasi penuh elektronik Form D melalui ASEAN Single Window, pengembangan Digital Economy Framework Agreement (DEFA) dan peta jalan harmonisasi standar untuk mendukung implementasi SDGs.

Target-target ini diyakini akan membawa kemajuan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Tenggara ke arah yang lebih baik. Terlebih di bawah kepemimpinan Indonesia yang merupakan negara dengan populasi terbanyak di ASEAN, hal ini bisa menjadi modal untuk menunjukkan kekuatannya sebagai roda penggerak.

Mid-Term Review ASEAN Economic Community Blue Print 2025 mencatat, pada kurun tahun 2022-2025, perdagangan intra-ASEAN perlu tumbuh sebesar 13,5 persen per tahun untuk mencapai target yang telah disusun pada tahun 2017, yaitu untuk melipatgandakan (doubling) perdagangan.

Hasil dari KTT ke-42 ASEAN ini pun diharapkan dapat mendongkrak gross domesctic product (GDP) negara-negara Asia Tenggara agar dapat meningkat sebesar 3-15 persen. Tak hanya itu, inisiatif yang dirumuskan para pemimpin juga dinilai dapat menciptakan sekitar 6 juta pekerjaan baru yang potensial dan daya saing lintas sektor ASEAN di pasar global meningkat.

Di luar tujuh prioritas ekonomi, sebenarnya Indonesia telah mendorong berbagai upaya untuk meningkatkan integritas ekonomi di ASEAN. Hal ini termasuk upgrading ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA), menangani berbagai hambatan non-tarif, meningkatkan fasilitasi perdagangan dan konektivitas, bekerja sama di bidang digitalisasi dan keberlanjutan serta upaya kemajuan UMKM di ASEAN.

Tentunya, Indonesia sendiri harus bergegas memanfaatkan peluang positif ini untuk berbagai komoditas ekspornya. Apalagi jika melihat data lima tahun terakhir, surplus neraca perdagangan Tanah Air terhadap ASEAN terus meningkat. Pada 2018 tercatat 3,92 miliar dolar AS dan kian membesar hingga mencapai 20,42 miliar dolar AS pada 2022.

Memanfaatkan momentum

KTT ASEAN adalah momentum terbaik yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor usaha mulai dari pariwisata, teknologi, infrastruktur hingga perdagangan. Para pelaku usaha harus jeli dalam melihat kesempatan yang datang baik saat penyelenggaraan maupun selepas kegiatan.

Direktur Jendral Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono, mengatakan, para pengusaha dapat secara aktif memanfaatkan program-program yang diusung oleh ASEAN Business Advisory Council (ABAC) untuk meningkatkan perdagangan dan mendorong ekspor Tanah Air.

Prioritas program ABAC terpusat pada transformasi digital, pembangunan berkelanjutan, ketahanan kesehatan, ketahanan pangan serta fasilitasi perdagangan dan investasi.

Para pelaku bisnis pun diharapkan dapat proaktif mencari informasi terkait akses perluasan pasar termasuk ekspor serta melakukan dialog dengan pemerintah dalam menyusun arah integrasi ekonomi kawasan ke depan, membangun jaringan bisnis, sharing ideas dan best practices, maupun mendorong inklusivitas untuk UMKM di ASEAN.

ABAC juga telah mendapat dukungan dari seluruh Menteri Ekonomi di kawasan ASEAN dengan tujuan mewujudkan kemitraan ekonomi Asia Tenggara yang terintegrasi, terhubung dan berkelanjutan.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid menyebut ada tiga tantangan yang dihadapi ASEAN dalam hal perdagangan yakni prevalensi hambatan non-tarif di wilayah Asia Tenggara yang semakin meningkat, digitalisasi inisiatif ASEAN Single Window yang perlu diperbaiki dan peningkatan mobilitas tenaga kerja terampil.

Selain itu, negara-negara ASEAN harus membangun komunitas ekonomi dengan pendekatan orang per orang dan bisnis ke bisnis. Hal ini diyakini dapat mempercepat transformasi kawasan melalui sentralitas, inovasi dan inklusivitas.

Akan tetapi, momentum yang baik tersebut hanya akan menjadi selebrasi belaka jika tidak didayagunakan sebaik-baiknya. Indonesia memang memiliki keuntungan dengan kehadiran Sekretariat ASEAN di Jakarta. Namun, ini tidak membuat para pelaku usaha mendapat prioritas begitu saja, tapi perlu adanya upaya untuk memperluas dan memperdalam konektivitas ekonomi dengan negara mitra di kawasan.

Kuncinya adalah menciptakan inovasi, mengambil inisiatif dan tidak hanya menunggu uluran tangan pemerintah maupun stakeholder untuk mendatangi pelaku usaha. Dengan begitu, penyelenggaraan KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, NTT pun mampu memberikan dampak yang berkelanjutan bagi perdagangan Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023