Saya tidak tahu kalau orang tua sudah mendaftar haji. Untuk menggantikan haji ini saya sebetulnya kaget, saya tidak tahu harus bagaimana karena seharusnya bapak saya. Ini tentu menjadi tanggung jawab saya menggantikan, saya juga merasakan tekanan yan
Denpasar (ANTARA) -  
Jamaah calon haji dari Provinsi Bali memiliki usia beragam dengan jamaah termuda berusia 19 tahun dan tertua 103 tahun.

Jamaah termuda bernama Aprizal Yafi Burdah yang berasal dari Denpasar mengaku ikut pada tahun ini untuk menggantikan ayahnya yang telah meninggal dunia, sehingga ia berangkat mendampingi sang ibu.

Saat pelepasan jamaah calon haji Bali di Denpasar, Jumat, Aprizal bercerita bahwa dengan usianya yang sangat muda ia merasakan beberapa kendala, seperti sulit bersosialisasi dengan calon haji yang berusia jauh di atasnya.

“Bagi saya pribadi, kendala dalam pelatihan manasik. Kendalanya saat bersosialisasi karena banyaknya teman lansia di sini, tapi Insya Allah siap,” kata mahasiswa Universitas Udayana itu.

Kepada media, Aprizal mengatakan mulanya ayah dan ibunya mendaftar haji pada tahun 2012 dimana saat itu ia baru menginjak usia 8 tahun, kemudian dia baru tahu bahwa orang tuanya masuk daftar tunggu saat lulus SMA.

“Saya tidak tahu kalau orang tua sudah mendaftar haji. Untuk menggantikan haji ini saya sebetulnya kaget, saya tidak tahu harus bagaimana karena seharusnya bapak saya. Ini tentu menjadi tanggung jawab saya menggantikan, saya juga merasakan tekanan yang besar,” tuturnya.

Baca juga: Calon haji tunanetra asal Tebing Tinggi bersyukur bisa ke Tanah Suci

Meski demikian mahasiswa Agribisnis semester dua itu mengaku sangat siap secara fisik, mengingat usianya yang termuda maka menurutnya sudah menjadi tanggung jawabnya untuk nanti membantu rombongan yang merupakan lansia, apalagi pada tahun ini lansia menjadi prioritas.

“Semoga karena temanya lansia, jadi para lansia yang ke Tanah Suci sehat dan kembali ke Tanah Air dengan sehat juga,” ujarnya.

Sementara itu jamaah calon haji tertua dari Bali bernama Juhrawiyah asal Tabanan berangkat seorang diri. Lansia berusia 103 tahun yang sehari-hari mengurus cucu dari keponakannya itu telah mendaftarkan diri pada tahun 2014 dan saat ini ketika namanya muncul ia segera melunasi berkat bantuan keponakannya.

“Saya sendiri tidak ada anak, saya tidak menikah. Untuk naik haji ini saya dikasih keponakan-keponakan semuanya, sama peralatan naik haji disediakan sama keponakan. Semangatnya keponakan-keponakan itulah mungkin kasihan sama saya,” ceritanya.

Juhrawiyah yang asli Madura itu mengaku sangat senang karena di usianya yang senja itu akhirnya bisa menginjakkan kaki di Tanah Suci.

Baca juga: Dua kali gagal, akhirnya lansia Aceh berusia 100 tahun berangkat haji

Untuk itu ia telah menyiapkan diri, khususnya kesehatan, dengan menyiapkan obat-obatan dan sudah melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis dalam serta dinyatakan aman untuk berangkat.

Pada tahun ini jamaah calon haji dari Bali seluruhnya berjumlah 698 orang, dimana mereka akan terbagi dalam dua kloter untuk diberangkatkan pada 9 Juni 2023..

Kepala Bidang Haji Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Bali Haji Nurkhamid menyampaikan pada tahun ini Kemenag secara khusus memprioritaskan lansia.

Dengan tema haji ramah lansia, jamaah yang merupakan lansia diprioritaskan dalam pendaftaran, pemeriksaan kesehatan, pelatihan manasik, bahkan dibuatkan buku panduan haji khusus lansia.

"Harapannya untuk jamaah yang sekarang berangkat ya beliau-beliau ini agar ibadah dengan nyaman baik, tidak ada kendala, dan saling memahami," ujarnya.

Baca juga: Sebelum ke Tanah Suci, calon haji dari Bali kumpul di Surabaya 9 Juni
 
 

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023