Palangka Raya (ANTARA News) - Sedikitnya 750 guru agama yang bukan pegawai negeri sipil (PNS) baik ustadz/ustadzah Taman Pendidikan Alquran (TPA), pembimbing sekolah minggu, pasraman, PAUD Hindu Kaharingan dan sekolah minggu Budha, menerima insentif dari Pemerintah Kota Palangka Raya sebesar Rp250 ribu per orang selama setahun.

"Pemberian insentif sebagai ungkapan rasa terima kasih dan wujud perhatian pemerintah dalam upaya meningkatkan kegairahan para guru non PNS, yang dengan tulus mendarma baktikan diri dalam pendidikan dasar moral bangsa," kata Wali Kota Palangka Raya HM Riban Satia, Rabu.

Ia berharap, dengan insentif yang tidak seberapa besar nilainya, dapat mendorong dan meningkatkan pengabdian para guru agama non PNS membimbing generasi penerus bangsa lebih baik lagi.

Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi kelangsungan masa depan bangsa, secara bertahap dan berkesinambungan, Pemkot Palangka Raya berupaya memperbaiki serta meningkatkan mutu pendidikan, termasuk pendidikan moral keagamaan.

Dalam pendidikan formal, guru salah satu faktor penentu terhadap keberhasilan pengembangan anak didik sebagai sumberdaya potensial bagi masa depan bangsa.

"Ditangan gurulah disemai anak bangsa yang akan menjadi pemimpin masa depan, dan para guru agama non PNS inilah, penentu keberhasilan penanaman awal nilai-nilai moral keagamaan terhadap asuhannya,"ucap Riban.

Kepala Kantor Kementerian Agama Palangka Raya, H Baihaqi memberi apresiasi kepada Pemkot, karena dinilai sudah memperhatikan kesejahteraan para guru agama non PNS.

Dikatakan, selama ini Kementerian Agama selalu berupaya memperhatikan kesejahteraan guru agama terutama yang mengajar di swasta.

"Penerima kali ini sebanyak 750 orang merupakan data pada 2012, yang mungkin ada yang tertinggal pendataannya. Yang saya perkirakan mencapai ribuan orang," tuturnya.

Ia berjanji akan memperbaiki sistem pendataan guru agama non PNS, sehingga nanti semuanya dapat menerima insentif dari Pemkot Palangka Raya.

Tidak lupa ia mengucapkan terima kasih kepada para guru agama non PNS yang selama ini telah mendedikasikan diri untuk membentuk etika yang baik dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ia menilai selama ini, banyak pendidikan yang diadopsi dari luar negeri tapi kenyataannya tidak bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa sehinggga dirasakannya pendidikan nasional belum mampu sebagai perekat bangsa menjadi rukun dan sejahtera.

(*)

Pewarta: Oleh Tiva Rianthy
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013